Lumajang (lumajangsatu.com) - Fenomena alam bunga es (frost flowers) atau disebut dengan embun upas memang menyedot wisatawan. Namun, fenomena itu menjadi musibah bagi petani ketang di Desa Ranupani Kecamatan Senduro.
Jika muncul embun upas, warga harus bangun sangat pagi dan menyirami tenamannya dengan air. Jika sampai matahari terbit, maka tanaman kentang layu, mengering, mati dan gagal panen.
Baca juga: Asosiasi BPD se-Lumajang Bertemu H. Rofiq Anggota DPRD Jatim
"Lahan saya tanaman kentangnya sudah mati semua mas kena embun upas," ujar Nunuk Winarsih salah seorang warga Ranupani, Jum'at (19/07/2019).
Baca juga: MPM Desak BK DPRD Segera Clearkan Beredarnya Foto Mesra Mirip Ketua Dewan Lumajang
Embun upas muncul tidak bisa diprediksikan, sehingga petani harus siaga setiap pagi. Jika cuaca siang panas kering dan suhu sampai nol derajat, maka di pagi hari akan muncul embun upas.
Tidak ada pilihan lain bagi petani, kecuali harus menanam lagi kentang-ketang yang mati. Jika beruntung, maka bibit-bibit kentang akan aman dari embun upas hingga berumur 1 bulan dan bisa menghasilkan buah kentang yang bagus.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
"Ya au gimana lagi mas, namanya alam. Kita tanami lagi sembari kita siap-siap sirang jika ada embun upas," pungkasnya.
Akibat fenomena alam embun upas, petani di Ranupani harus mengalami kerugian besar. Agar tidak semakin banyak rugi, maka petani harus menanam lagi kentang agar bisa menutupi kerugian sebelumnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi