Lumajang - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang galakkan pemaikaian pupuk organik bagi petani, hal itu merespon mirisnya nasib petani akibat langka dan mahalnya pupuk.
Iskhak Subagio ketua HKTI Lumajang mengungkapkan dari beberapa bulan kemarin petani diresahkan dengan langka dan mahalnya pupuk di Lumajang. Hingga hasil produksi petani tidak seimbang dengan perawatan.
Baca juga: Thoriq-Fika dan Indah-Yudha Saling Klaim Kemenangan Pilkada Lumajang 2024
"Sekarang semua anjlok, tomat kalau tidak salah 1500 satu kilo. Kasian petani,"jelasnya saat ditemui Lumajangsatu.com disalah satu rumah petani Desa Tukum Kecamatan Tekung.
Laki-laki asal Desa Mojosari Kecamatan Sumbersuko tersebut juga menjelaskan jika kini dirinya fokus memperkenalkan manfaat penggunaan pupuk organik. Hingga melakukan pendampingan pemakaian pupuk organik hingga massa panen.
Saat di Lumajangsatu.com, Laki-laki 47 tahun tersebut menunjukkan dokumen keberhasilan petani menggunakan pupuk organik yang melebihi pupuk kimia.
"Masyarakat kita fanatik dengan pupuk kimia, masyarakat juga mengenal pupuk organik rata-rata yang pabrikan,"paparnya.
Dari hal tersebut dia menjelaskan, muncul pemikiran dari masyarakat jika pupuk organik masuknya lama dan pupuk organik menurunkan hasil tani.
"Kita sekarang fokus pada pengenalan pupuk organik cair yang mampu bersaing dengan pupuk kimia,"jelasnya.
Baca juga: Ponpes Darun Najah Lumajang Juara 2 Implementasi Pesantren Sehat Tingkat Jatim 2024
Untuk meyakinkan petani dia selalu mendokumentasi, keberhasilan petani menggunakan pupuk organik.
"Kalau tidak kelihatan nyata, petani susah untuk mencoba,"paparnya.
Dia menginginkan Lumajang menjadi contoh kabupaten lain dalam pengelolaan pertanian dengan pemanfaatan pupuk organik.
"Pupuk organik aman, bisa menghindarkan tanah dari kerusakan,"jelasnya.
Baca juga: Pemkab Lumajang Hapus Sanksi Denda Administrasi 6 Pajak Daerah, Catat Waktunya
Lumajangsatu.com juga sempat berdiskusi terkait dunia pertanian, dia menjelaskan bahwa perlu adanya regulasi baru yang bisa menjamin kemakmuran petani.
"Kita tidak punya pusat informasi pertanian yang mewadai serta juga tidak punya penataan kawasan yang mewadai, misal desa A produktifnya buah semangka terus di desa B misal jagung. Jika ada penataan tidak akan terjadi anjlok harga, karena melimpahnya barang,"jelasnya.
Dia juga bercita-cita menjadikan provesi petani menjadi menarik dan unggul.
"Petani harus unggul dan makmur, tidak hanya terkenal pekerjaan yang kotor karena selalu bergulat dengan tanah,"pungkasnya. (oky/ls/red)
Editor : Redaksi