PernyataanKetua PCNU Lumajang

Gus Mas'ud : Ada Pesan Moral dan Nasionalisme di Hari Santri

lumajangsatu.com
Ketua PCNU Lumajang, Gus Mas'ud.

Lumajang - 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional, hal tersebut berdasarkan catatan sejarah berkenaan dengan perjuangan ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tentu sejarah bukan masalalu usang yang hanya tinggal cerita, namun ada suatu nilai yang harus diambil dan dipertahankan. Guna memahami hal tersebut Lumajangsatu.com menemui Ketua PCNU Lumajang Gus Muhammad Mas’ud di kediamanya.

Baca juga: Resepsi Hari Santri Nasional 2024, NU Lumajang Kompak Satu Barisan

Dia Menjelaskan Jika Hari Santri merupakan sebuah catatan dari perjuangan ulama dan santri dalam melakukan kewajiban sebagai manusia menjaga kedaulatan negara. Maka perjuangan tersebut hingga kini masih perlu terus dilakukan namun dengan realita yang berbeda.

"Dulu tahun 45 kita itu berhadapan dengan kolonial dengan sekarang ini tantangan sudah berbeda. Indonesia sudah merdeka secara legal formal, namun pola penjajahan dulu dan sekarang itu beda,"jelasnya, Rabu (21/10/2020).

Menurutnya, kini praktek pengendalian kekuasaan negara oleh negara lain masih terus nyata adanya namun dilakukan dengan praktek yang beda. Kalau dulu fisik dikuasai pemerintahan diambil, posisi politik strategis diambil.

"Tapi sekarang bentuknya itu bisa menjajah lewat ideologi, secara ekonomi dan secara tekanan politik,"jelasnya.

Baca juga: HSN 2024 di Stadion Semeru, Santri dan Warga NU Lumajang Harus Kompak Merengkuh Masa Depan

Di era keterbukaan segala hal mudah masuk tanpa batas hal tersebut akan membuat manusia terjajah tanpa sadar atau terbawa oleh pengaruh bahaya dari budaya lain. "Nah ini tantangan sebenarnya, kita ini terbawa arus permainan mereka atau kita konsisten dengan perjuangan Ideologi bangsa,"paparnya.

Disisi lain dia juga dilema terhadap dampak kemajuan zaman dan teknologi terhadap konteks keagamaan, karena sajian agama banyak dilakukan secara praktis sehingga menimbulkan pemahaman yang tuntas dan utuh.

"Belajar agama harus secara tuntas, holistis tidak setengah-setengah, kalau hanya sepotong-sepotong parsial bahaya, misal hanya belajar tentang jihad yaa tahunya hanya takbir-takbir melulu. Tidak tahu kalau sholat itu diakhiri dengan salam, menebarkan kedamaian. makanya belajar agama harus utuh,"paparnya

Baca juga: Prospek dan Tantangan Santri di Era Modern

Dia menyarankan supaya belajar agama dengan orang yang dipahami detail asal muasalnya. "Belajar agama itu memang harus mengetahui sanad yang utuh, karena akan berpengaruh terhadap paradigma nasionalisme kebangsaan,"katanya

Untuk orang yang belum atau tidak memiliki kesempatan belajar agama secara utuh dia menyerukan agar mengikuti ulama yang sudah berproses secara utuh. Peringatan Hari Santri berhubungan dengan rasa Nasionalisme terhadap bangsa dan negara ini melalui agama. (Oky/ls/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru