Lumajang - Di tengah serangan hama tikus yang masih menjadi momok bagi para petani, para petani di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang tetap pantang menyerah dan tetap menanam. Serangan hama ini telah menyebabkan kerugian besar bagi petani, khususnya mereka yang mengandalkan padi sebagai sumber utama pendapatan. Namun, meski ancaman masih menghantui, sebagian petani mulai memberanikan diri kembali menanam padi. Selasa (10/10/2024)
Riyanto, salah satu petani yang memutuskan untuk kembali menanam padi, mengungkapkan alasan keberaniannya. “Mata pencaharian saya dari hasil tani. Kalau tidak ditanami, kita mau peroleh pendapatan dari mana lagi?” ujar Riyanto. Meski mengetahui risiko yang dihadapi, Riyanto memilih untuk terus melanjutkan usahanya di bidang pertanian padi, karena baginya, berhenti bercocok tanam bukanlah pilihan yang mudah.
Baca juga: Pemandian Alam Selokambang Lumajang Cocok Isi Libur Sekolah dan Akhir Pekan
Namun, tidak semua petani memiliki keberanian yang sama. Arif, seorang petani lainnya, memilih untuk tidak menanam padi kembali tahun ini. Trauma akibat serangan hama tikus yang merusak seluruh hasil panennya masih membekas dalam ingatannya. “Saya akan beralih ke tanaman lainnya saja, mas. Tahun ini saya gagal panen karena hama tikus. Selain itu, harga pupuk juga tidak sesuai dengan hasil yang kita dapat,” keluh Arif.
Pandangan Arif mencerminkan keresahan sebagian besar petani di desa tersebut. Biaya produksi yang semakin meningkat, terutama harga pupuk, menjadi tantangan tambahan bagi mereka. Ketidakpastian hasil panen semakin memperburuk situasi, membuat banyak petani enggan mengambil risiko yang terlalu besar.
Dari sisi pemerintahan desa, langkah-langkah preventif telah dilakukan untuk mengurangi serangan hama tikus. Meski upaya maksimal telah dilakukan, pihak desa belum bisa sepenuhnya menghentikan hama yang merugikan ini. Selain memberikan penyuluhan kepada para petani tentang cara menangani serangan tikus, desa juga menghimbau masyarakat sekitar untuk tidak memburu hewan pemangsa tikus, seperti biawak.
Kepala Desa Sumberwuluh menjelaskan bahwa nyambek (biawak) dan hewan pemangsa lainnya memiliki peran penting dalam mengendalikan populasi tikus. “Kami sudah menghimbau para pemburu untuk berhenti memburu nyambek dan hewan lainnya yang merupakan pemangsa alami tikus. Tanpa mereka, populasi tikus akan semakin tak terkendali,” jelasnya. Himbauan ini diharapkan dapat menekan angka serangan tikus di area persawahan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem setempat.
Baca juga: Dinas Pariwisata Akan Terus Jadikan Selokambang Wisata Pemandian Alam Unggulan Lumajang
Namun, tantangan tidak hanya datang dari hama tikus dan hewan predator yang semakin berkurang. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu juga turut menyulitkan petani dalam mengelola lahan mereka. Kondisi tanah yang sering berubah karena faktor cuaca ekstrem, seperti banjir atau kekeringan, membuat upaya bercocok tanam semakin rumit.
Selain itu, adanya keterbatasan akses terhadap pupuk bersubsidi juga menjadi kendala besar bagi petani. Harga pupuk yang melambung tinggi memaksa mereka untuk memilih antara mengurangi jumlah lahan yang ditanami atau mencari alternatif pupuk yang lebih terjangkau, meski kualitasnya mungkin tidak sebaik pupuk bersubsidi.
Pemerintah daerah Lumajang melalui Dinas Pertanian setempat terus berupaya memberikan solusi bagi para petani yang terdampak. Penyuluhan tentang teknik pertanian yang lebih efisien dan program bantuan subsidi pupuk menjadi fokus utama dalam upaya membantu petani bertahan di tengah situasi sulit ini.Serta mencoba memberikan solusi tentang pupuk organik yang bisa buat sendiri.
Baca juga: Jalan Penghubung Pasirian-Tempursari Lumajang Sudah Dua Kali Putus Diterjang Ombak
Di tengah segala tantangan tersebut, semangat para petani seperti Riyanto menunjukkan tekad kuat untuk terus bertahan dan berjuang demi kelangsungan hidup mereka. Meskipun ancaman hama tikus masih ada, harapan untuk musim panen yang lebih baik selalu ada di benak mereka.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah desa, kabupaten, maupun masyarakat sekitar, diharapkan serangan hama tikus dapat diminimalisir sehingga para petani bisa kembali menanam padi dengan tenang dan mendapatkan hasil yang memuaskan.(Kom/red)
Editor : Redaksi