Pemuda Lumajang Bersumpah Serapah Ditengah Pasir Semeru

lumajangsatu.com

Dtahun 2015, pemuda Lumajang bangkit dan bergerak dalam memajukan kota kelahirannya. Banyak cara dilakukan dimulai melakukan kegiatan kecil seperti bersih sungai, menginspirasi adik didiknya di sekolah dasar, berwirausaha dan hingga turun kejalan untuk mengingatkan Founding Fathernya.

Pemuda Lumajang sudah tidak berpangku tangan, melainkan bergerak untuk memberikan sesuatu yang lebih pada kotanya. Berbagai kreatifitas dilakukan mulai dari satu orang, dua orang, kelompok, komunitas dan organisasi. 

Baca juga: HSN 2024 di Stadion Semeru, Santri dan Warga NU Lumajang Harus Kompak Merengkuh Masa Depan

Pemuda Lumajang tidak ingin menjadikan kotanya yang dikenal sarang bandit, preman, penjudi, koruptor dan mafia pasir, berubah jadi kota yang layak dikunjungi orang luar. Melalui media sosial dan alat komunikasi canggih, pemuda Lumajang bergerak sesuai arah jarum jam.

Pemuda Lumajang tak ingin lagi pasir yang menjadi rebutan para penguasa, manusia serakah dan mafia kapitalis modern bertopeng janji kesejahteraan hanya menjadi pemanis dengan dalih demi pembangunan. Toh, pasir Lumajang yang bernilai belasan trilliun, masyarakat Lumajang tetap tidak sejahtera dan bermartabat. Malah menjadi manusia pembunuh, ngeri khan..!!!.

Kasus Salim Kancil yang dibunuh, karena Nyawa Tak Semahal tambang, menjadi pelecut anak muda di Lumajang untuk tidak menjadi pasir sebagai alat kemakmuran. Melainkan, melalui kreatifitas, wirausaha dan bekerja sebagai petani sudah sepatutnya bukan dilatar belakangi sebuah gengsi.

Pemuda Lumajang bukan pecundang, bukan pula pemberontak, seperti yang disematkan Majapahit dimasa Raja Jayanegera. Lumajang kota yang heterogen dan ramah terhadap semua perubahan dunia.

Pemuda Lumajang bukan lagi seorang yang mendiamkan sesuatu dan tak bergerak melihat sebuah ironi didepannya. Mereka begerak dan berkumpul disejumlah tempat nongkrong untuk melakukan perubahan. Karena perubahan sebuah janji dalam diri manusia, mulai lahir hingga meninggal dunia. 

Baca juga: Pemerintah Ajak Warga Lumajang Bisa Kelola Sampah Mandiri

Pemuda Lumajang terus bergerak melalui berbagai bidang dari olah raga, seni, ekonomi, politik, sosial dan pemerintahan. Pemuda yang diharapkan Founding Father bukan yang diarahkan, melainkan bergerak sesuai perubahan kehidupan.

Penulis menyadari jika, masih banyak pemuda yang memiliki sikap Hedonisme, mulai dari hanya nongkrong menghabiskan malam dan berbicara ngalor ngidul. Selain itu, banyak pemuda yang suka terpengaruh minuman keras, narkoba, tawuran dan genk motor. Meski demikian, realitas pemuda saat ini, tidak bisa dipukul rata, dalam sebuah perjuangan kemerdekaan bangsa ini, banyak pemuda yang belum paham dalam merubah suatu bangsa lebih baik untuk generasi selanjutnya.

Dimasa perjuangan kemerdekaan, dulu para pejuang tidak banyak untuk melawanan kolonial. Namun, gerakan mereka untuk membebaskan rakyat dari cengkraman kolonial dari penjajahan secara kultural terus berderu kencang. 

Baca juga: Paslon Thoriq-Fika dan Indah-Yudha Adu Gagasan di Debat Perdana KPU Lumajang

Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul dan bersumpah, Berbangsa Satu Bangsa Indonesi, Berbahasa Indonesia dan Bertanah Indonesia. Inilah awal perlawanan masif pemuda Indonesia, hingga akhirnya Indonesia didesak merdeka, setelah Soekarno dan Hatta di Culik Ke Rengasdengklok untuk segera membaca proklamir kemerdekaan.

Dikepala, tangan, dada dan kaki pemuda, Bangsa ini bebas dari belengggu penjajahan baik secara kulutural, ekonomi dan politik. Di Lumajangpun tak luput dari perjuangan, perlawanan pemuda dari masa ke masa. Pemuda adalah tongkak perjuangan bangsa Indonesia hingga kini. 

Marilah pemuda Lumajang, bersatu dan membangun Lumajang sesuai dengan bidang masing-masing. Pemuda Lumajang perlu bersatu, bersama dan bergerak untuk menjadi kota kelahiran sebagai tujuan pembangunan bangsa Indonesia.(ls/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru