Pisang Agung dan Jharan Kencak Bukan Ikon Lumajang, Ini Buktinya..!!!

lumajangsatu.com

Sejak dibangun dan berdirinya patung kuda (jharan,red) kencak di sejumlah titik di Kabupaten Lumajang menjadi perbincangan hangat, mulai guyonan hingga serius. Sikap kritis terhada patung jharan kencak patut dihargai karena sebuah proses pendidikan terhadap sebuah perubahan sosial.

Sejak kapan Lumajang dikenal sebagai kota pisang, banyak orang belum mengetahui. Bahkan, berdirinya patung pisang agung yang besar di depan Kantor Dinas Pengelolaan Keungan dan Aset Daerah (DPKAD) semakin menahbiskan jika Lumajang memang penghasil pisang Agung yang besar itu.

Baca juga: HSN 2024 di Stadion Semeru, Santri dan Warga NU Lumajang Harus Kompak Merengkuh Masa Depan

Jharan Kencak yang kini mulai ditampilkan oleh Pemerintah Lumajang sebagai apresiasi terhadap para pelaku dan pelestari kesenian alkulturasi budaya itu. Apalagi, jumlah kelompok kesenian Jharan kencak di Lumajang mencapai puluhan yang tersebar di beberap kecamatan.

Perdebatan akan sebuah ikon Lumajang sebaiknya kita jangan sampai buta dalam pemikiran akademik dan pembahasna ilmiah. Sebelum apa sih ikon itu mar kita lihat melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikon seperti lukisan, gambar, gambaran pada panel kayu yang digunakan dalam kebaktian gereja Kristen Ortodoks. Ikon juga dikenal dalam dunia komputer yang ada dilayar.

Apakah ikon yang dimaksudkan itu, atau ikon yang lain. Tapi kita yang menggunakan bahasa indonesia, harus jelas apa arti sebenarnya agar tidak sesat pikir dalam akademik dan nalar ilmiah.

Penulis menelusuri apa yang dimaksud ikon, mungkin saja sebuah identitas. Penulis kembali membuka KBBI, identitas/iden·ti·tas/ /idéntitas/ n ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri.

Identitas sesuatu yang ada didiri seseorang, seperti anatomi tubuh. Identitas tubuh manusia, ada kaki, mulut, telinga, hidung, dan lainya.

Penulis menilai dan meresapi, Patung Pisang AGung dan Jaran Kencak adalah sebuah identitas dari kultur masyarakat Lumajang. Pembuat patung Pisang itu menganggap mewakili pohon pisang yang ada di Lumajang perlu diwakili yang namanya Pisang Agung. Karena memiliki ukuran yang besar dan sulit ditemui di daerah lain. Meski pasaran Pisang Kirana yang bisa menembus ekspor luar negeri.

Jharan Kencak dibuatkan patung, dikarenakan kesenian ini memiliki nilai kebudayaan dan sebuah alkururasi budaya. Apalagi jaran kencak yang merupakan seni pertunjukan hasil sebuah kesepakatan masyarakat kultur Jawa, Madura dan Tengger.

Baca juga: Pemerintah Ajak Warga Lumajang Bisa Kelola Sampah Mandiri

Penulis melihat Jika Patung Pisang Agung dan Jharan Kencak sebuah identitas Kabupaten Lumajang yang dimiliki masyarakatnya (manusia). Pisang bila dalam tubuh manusia bisa dilihat sebagai telinga, jaran kencak bisa dipahami kaki manusia.

Ikon dan Identitas sebuah pengertian dan pemaknaan yang berbeda. Sehingga, ikon Lumajang sulit ditemukan dalam kosata kata bersambung. Namun bila disebut sebagai identitas bisa dihubungkan dengan maknanya sendiri.

Makna pisang adalah sebuah identitas dari hasil pertanian atau perkebunan di Lumajang. Sedangkan, Jharan kencak sebuh identitas kesenian yang ada di Lumajang yang memiliki alkuturasi budaya.

Penulis melihat dengan adanya patung jharan kencak dan banyak masyarakat yang melestarikan kesenian ini. Sehingga pemkab lumajang perlu sekali dalam melestarikan kebudayan bangsa, sebagai penghargaan terhadap masyarakatnya membuat sebuah patung.

Baca juga: Paslon Thoriq-Fika dan Indah-Yudha Adu Gagasan di Debat Perdana KPU Lumajang

Jika dihubungkan dengan adanya patung pisang agung dan jharan kencak, Lumajang sedang membuat sebua City Branding dalam sebuah positioning jati diri kota. Sehingga Lumajang akan memiliki positioning yang kuat baik di Regional hingga global. Sehingga, segala potensi Lumajang menjadi sebuah identitas yang bisa dikenal.

Adanya identitas masyarakat yang dihargai oleh Pemerintah sebagai pembangku kebijakan sebagai langkah tepat. Sehingga, kedepannya bukan hanya jaran kencak dan pisang, karena banyak identitas Lumajang yang mulai di lupakan. Seperti Lumajang dikenal dengan kota Gula, didukung adanya Pabrik Gula Jatiroto. Bahkan, didalam pelajar Ilmu Pengetahuan Sosil di tahun 80-an hingga awal tahun 90-an, Gula Lumajang merajai swasembada pangan disektor perkebunan tebu.

Kini Lumajang juga dikenal dengan kebun sengon dan kayu olahannya mampu menembus pasar luar negeri. Apalagi dengan banyak berdirinya pabrik kayu dan mampu menyerap tenaga kerja. Dalam perkembanganya, wisata alam yang hanya pendakian ke Semeru dikenal oleh masyarakat luar Lumajang serta Asing. Kini Lumajang memiliki destinasi wisata yang mulai dikunjungi wisatawan seperti B-29 dan Air Terjun Tumpak Sewu.

Sebenarnya, Lumajang harus bisa membentuk identitas kota dengan city branding. Meski sejumlah daerah di Indoneisa banyak melirik sektor wisatanya. Lumajang banyak para pemerhati wisata dan kebudayaan, sebuah daerah yang memiliki potensi luar biasa. Lumajang juga disebut sebagai Raksasa yang sedang tidur.(ls/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru