Lumajang- (lumajangsatu.com) - Allah SWT memandang makhluknya karena ketaqwaanya, bukan karena kekayaan, jabatan, kemulyaan di dunia. Karena semuanya itu akan musnah, rusak dan tidak akan dibawah pulang ke liang lahat. Semua bulan memiliki keistimewaan tersendiri untuk digunakan makhluknya menambah kwalitas keimanan hamba-Nya.
Termasuk bulan Dzulhijjah 1437 H yang memiliki keistimewaan tersendiri mulai tanggal 1 10 Dzulhijjah. Meskipun terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan Dzulhijjah antara pemerintah Arab Saudi dan Indonesia, maka untuk umat Islam Indonesia melaksanakan puasa tarwiyah dan arofah sesuai dengan ketetapan pemerintah setempat.
Perbedaan tersebut dikarenakan posisi geografis semata. Sebagaimana pahala dan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda "hari 1 bulan Dzulhijjah adalah hari dimana Allah SWT mengampuni dosanya Nabi Adam AS. Barang siapa berpuasa pada hari tersebut, maka Allah SWT akan mengampuni segala dosanya".
Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang
Hari 2 bulan Dzulhijjah adalah dimana Allah SWT mengabulkan doa Nabi Yunus AS dengan mengeluarkannya dari perut ikan. Barang siapa berpuasa pada hari itu seolah-olah telah beribadah selama satu tahun penuh tanpa berbuat maksiat sekejappun. Hari 3 bulan Dzulhijjah adalah dimanan Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria AS.
Barang siapa berpuasa pada hari itu, maka Allah SWT akan mengabulkan segala doanya. Hari 4 bulan Dzulhijjah adalah hari dimana Nabi Isa AS dilahirkan. Barang siapa berpuasa pada hari itu akan terhindar dari kesengsaraan dan kemiskinan. Hari 5 bulan Dzulhijjah adalah hari dimana nabi Musa AS dilahirkan. Barang siapa berpuasa pada hari itu akan bebas dari kemunafikan dan adzab kubur.
Hari 6 bulan Dzulhijjah adalah hari dimana Allah SWT membuka pintu kebajikan untuk Nabi-Nya. Barang siapa berpuasa pada hari itu akan dipandang oleh Allah SWT dengan penuh Rahmad dan tidak akan diadzab.
Hari 7 bulan Dzulhijjah adalah hari ditutupnya pintu jahannam dan tidak akan dibuka sebelum kesepuluh lewat. Barang siapa berpuasa pada hari itu Allah SWT akan menutup tiga puluh pintu kemelaratan dan kesukaran serta akan membuka tiga puluh pintu kesenangan dan kemudahan.
Hari 8 bulan Dzulhijjah adalah puasa tarwiyah dimana dalam sejarah Nabi Ibrohim AS mendapatkan mimpi perintah untuk menyembelih putranya Ismail AS. Puasa tarwiyah akan menghapuskan dosa satu tahun serta memperoleh pahala yang tidak diketahui besarnya kecuali Allah SWT.
Hadits mengenai puasa Tarwiyah ini diriwayatkan oleh Imam Dailani di kitabnya musnad firdaus (2/248). Namun derajat hadits ini maudhu (tertolak) karena ada periwayat hadits yang oleh para ahli hadits dianggap pendusta yakni Muhammad bin Saaib Al-Kalby. Para ulama membolehkan mengamalkan hadits maudhu ini dalam rangka fadlailul amal (untuk memperoleh keutamaan), tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hokum.
Hari 9 bulan Dzulhijjah adalah puasa arofah dimana puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arofah yakni pada saat diberlangsungkannya wukuf di padang arafah tepat pada tanggal 9 Dzulhijjah yang dilakukan jamaah ibadah haji seluruh dunia. Wukuf f di Arofah bisa dikatakan sebagai inti dari pelaksanaan ibadah haji. Oleh karena itu puasa arafah ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total
Dengan harapan sebagai sesama kaum muslimin saling mendoakan agar melaksanakan wukuf di arofah berjalan lancer tanpa ada hambatan. Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah, Nabi SAW bersabda Puasa hari arafah itu menghapuskan dosa dua tahun; satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan dating ( HR Muslim).
Puasa arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh para jamaah haji yang sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Maka dari itu mari kita tingkatkan ibadah dan amal ibadah guna mendapatkan gelar al muttaqin.
Ibnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Diriwayatkan dari Abu Said al- Khudri Ra, Rasulullah SAW bersabda Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah SWT melainkan Allah SWT pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun ( HR Bukhari dan Muslim).
Kenapa puasa sangat dianjurkan bagi umat islam? Sebab puasa itu memiliki rahasia-rahasia yang sebenarnya adalah pahala yang menentukan bukanlah manusia, akan tetapi Allah SWT semata yang memberikan pahala. Maka dari itu ada beberapa hikmah puasa ; Pertama ; tanda terima kasih kepada Allah SWT karena semua ibadah mengandung arti terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya dan tidak ternilai harganya sebagaimana firman Allah SWT Dan jika kamu menghitung nikmat Allah SWT, tidaklah dapat kamu menghitungkannya ( Ibrahim : 34).
Kedua ; didikan kepercayaan. Seseorang yang telah sanggup menahan makan, dan minum dari harya yang halal kepunyaan sendiri, karena ingat perintah Allah SWT, sudah tentu ia tidak akan meninggalkan segala perintah Allah SWT dan tidak akan berani melanggar segala larangan-Nya.
Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember
Ketiga ; didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir miskin karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian akan merasakan rasa belas kasihan dan suka menolong orang fakir miskin.
Keempat ; guna menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Hasil penelitian mengatakan bahwa tubuh manusia perlu istirahat dengan cara puasa, maka akan menciptakan kesetabilan dalam tubuh, sehingga akan sulit terserang segala macam penyakit.(Red)
Penulis adalah GURU FIQIH MAN LUMAJANG
EDI NANANG SOFYAN HADI, M.Pd
Editor : Redaksi