Lumajang (lumajangsatu.com) - Genteng Duren di Desa Dawuhan Lor Kecamatan Sukodono yang sangat terkenal di Lumajang berada di ujung tanduk. Dari 50 pengrajin genteng, kini tinggal 10 saja yang masih beroperasi.
Muhammad Ti'o, salah satu pengrajin genteng Duren menyatakan serbuan genteng pabrikan dan mahalnya bahan baku menjadi penyebab bangkrutnya para pengrajin. Sebelum kasus Salil Kancil, harga tanah untuk bahan baku genteng satu truck hanya 100 ribu, namun setelah Salim Kancil menjadi 400 ribu.
"Sekarang tinggal 10 saja mas, dulu ada sekitar 50 pengrajin atau juragan genteng disini," ujar Ti'o, Kamis (21/02/2019).
Baca juga: Asosiasi BPD se-Lumajang Bertemu H. Rofiq Anggota DPRD Jatim
Jika kondisi cuaca cerah, setiap bulan Ti'o bisa memproduksi 2 ribu genteng. Ada 3-5 pekerja yang membuat genteng dengan ongkos 200 ribu perseribu genteng. harga genteng Ti'o di lokasi 800 ribu perseribunya.
"Kalau beli disini harganya 800 ribu mas. Satu kali bakar, satu tungku bisa menghasilkan 14 ribu genteng. Setiap bulan bisa 20 ribu jika cuaca cerah," tuturnya.
Moch. Subchan AF, ketua DPD NasDem Lumajang sangat prihatian dengan kondisi para pengrajin genteng. Banyak keluhan tentang kesulitan modal dan lesunya penjualan genteng asli Duren karena serbuan genteng pabrikan.
"Harus ada campur tangan pemerintah, agar pengrajin genteng di Lumajang bisa bertahan dan tidak punah," pungkasnya.(Yd/red)
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
Editor : Redaksi