4 Kekuatan Besar Dalam Kepentingan Konfercab Ansor Lumajang
Lumajang (lumajangsatu.com) – Pesta demokrasi 5 tahunan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Lumajang telah dibuka di Ponpes Hidayatul Hasan Desa Blukon, Sabtu (22/07/2017). Dalan Konferensi Cabang (konfercab) ke-XIV itu mengusung tema “Merawat Tradisi, Menggerakkan Kaderisasi, Mengawal NKRI”.
Konfercab akan memilih Nahkoda GP Ansor selama lima tahun, jangan dianggap remeh dan hanya dipandang sebagai rutinitas setiap lima tahun saja. Jika salah pilih, maka nasib Ansor selama 5 tahun akan dipertaruhkan dan tentunya akan berdampak pada kaderisasi yang akan menurusak Ansor baik secara kualitas dan kuantitasnya.
Dari ratusan kader terbaik Ansor Lumajang muncul tiga nama yang sudah mendeklarasikan kepada Pengurus Ranting (Desa) dan Pengurus Anak Cabang (Kecamatan) untuk maju. Yakni H. Fahrur Rozi (Gus Eros), H. Ali Su’ud berasal dari PAC Candipuro dan Imron Al-Rosyid berasal dari PAC Tempeh.
Konfercab kali ini terasa meriah dengan hiruk-pikuk yang dikaitkan dengan kepentingan suksesi pemilihan ketua PC NU akhir tahun 2017, Pilkada Lumajang tahun 2018 dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di 2019 mendatang. Tentunya banyak kepentingan yang akan masuk dalam momentum Konfercab Ansor.
Jika dilihat dari komposisi PAC dan Ranting Ansor, ada enam kekuatan partai politik yang berkepentingan dalam suksesi calon ketua Ansor. Namun, dari enam kepentingan tersebut hanya empat saja yang nampaknya memiliki andil besar dan sangat mempengaruhi pada siapa yang akan terpilih menjadi ketua Ansor Lumajang dari 3 calon yang maju.
Kita bahas satu persatu 4 kekuatan yang kemungkinan akan mempengaruhi proses pemilihan Ansor Lumajang.
1. Kepentingan Pemerintah (Bupati As’at Malik). Seperti diketahui As’at Malik adalah kader NU, ketua MWC NU Sukodono dan juga intens melakukan komunikasi dengan para kader dan calon yang hari ini maju sebagai ketua Ansor. As’at Malik juga akan maju dalam Pilkada 2018 mendatang.
2. Kepentingan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam hal ini Thoriqul Haq yang akan mencalonkan diri sebagai Bupati Lumajang 2018. PKB akan memiliki andil besar, karena tecatat sekitar 5 PAC yang banyak dihuni oleh kader dan simpatisan PKB yakni Kedungjajang, Padang, Senduro, Pasrujambe dan Pronojiwo dan nampaknya sudah mengarahkan suara pada satu calon dari 3 nama tersebut.
3. Kepentingan Partai NasDem (Subhan). Mengapa demikin, ketua NasDem Lumajang juga mantan ketua GP Ansor Lumajang dan banyak memiliki kedekatan dengan sejumlah pejabat penting Ansor di pusat dan Jawa Timur. Hampir seluruh calon yang maju juga sowan dan berpamitan kepada Subhan untuk meminta restu.
4. Kepentingan Partai Persatuan Pembanguan (PPP) dalam hal ini H. Rofiq “Tretan Dhibik”. H. Rofiq merupakan mantan ketrua PC NU dan memiliki banyak kedekatan dengan kader Ansor yang saat ini menjabat sebagai ketua ranting dan ketua PAC. H. Rofiq juga akan mencalonkan diri sebagai Bupati Lumajang 2018 melawan incumbent As’at Malik. Pastinya, dengan memegang ketua Ansor Lumajang secara dukungan politik akan kuat pula.
Disamping empat kepentingan dengan kekuatan besar itu, ada juga dua kepentingan lain dari Partai Golkar dan Partai Demokrat. Mengapa demikian, ada sejumlah kader bintang mercy dan kader beringin itu yang jadi pengurus Ansor dan juga berkepentingan pada pileg 2019. Namun, dua kepentingan itu lebih samar karena Pileg masih 2019 mendatang.
Besarnya kepentingan yang akan masuk dalam proses demokrasi Ansor, tidak menutup kemungkinan untuk memenangkan calon yang didukung menggunakan segala cara. Termasuk menggunakan cara yang paling simple yakni money politic, dengan cara membeli suara untuk mendukung salah satu calon.
Jika itu sampai terjadi, maka sudah bisa dipastikan hasilnya tidak akan baik dan tidak baik pula bagi kaderisasi Ansor di Lumajang. Sudah selayaknya, Ansor sebagai organisasi kader menolak bahkan harus melawan jika ada calon yang menggunakan uang untuk menang dengan membeli suara rantig dan PAC. Jika tidak dilawan, maka taruhannya adalah masa depan ansor 5 tahun bahkan 10 tahun kedepan.
Melihat warna-warni baju anggota Ansor Lumajang, maka sudah selayaknya ketua yang terpilih bisa mengakomodir semua kepentingan untuk kemajuan Ansor. Jangan sampai, ketua terpilih malah condong pada satu kepentingan (Partai Politik) dan lebih buruk lagi bisa disetir oleh salah satu partai politik saja. Jika itu terjadi, maka perpecahan ditubuh Ansor akan terjadi karena kader Ansor tidak satu warna dalam pilihan politik.
Sudah semestinya, dalam Konfercab Ansor ke-XIV semua kader menolak politik uang dan berkomitmen mendukung calon yang terpilih untuk memajukan organisasi. Hasil dari Konfercab bukan kemenangan satu calon dan pendukungnya saja, namun kemenangan Ansor Lumajang secara keseluruahan.
Ketua terpilih juga wajib hukumnya merangkul pendukung calon lain, dan harus mengajak dua calon lain untuk bersama membangun Ansor Lumajang. Jangan sampai, setelah konfrensi Ansor Lumajang menjadi terkotak-kotak, terbelah dan saling bermusuhan antara sesama kader Ansor. Yang lebih penting lagi, semarak kegiatan Ansor jangan hanya saat Konfercab saja, namun konsilidasi Ansor harus dilakukan rutin setiap saat.
Selamat atas terselenggaranya Konfercab Ansor Lumajang ke-XIV.
“Tidak Kembali Pulang, Sebelum Kita Yang Menang”.
Babun Wahyudi, Pimred www.lumajangsatu.com
Editor : Redaksi