Dinilai Amburadul, Penerima Program Bedah Rumah di Citrodiwangsan Kecewa
Lumajang (lumajangsatu.com) - Penerima program bedah rumah untuk rumah tidak layak huni (RTLH) di Kelurahan Citrodiwangsan merasa kecewa. Paslanya, usai dibedah bukan malah baik, namun malah amburadul. Bahkan, sudah beberapa hari pembangunan dihentikan karena alasan sudah selesai.
Maningun, warga RT/05 RW/08 Kelurahan Citrodiwangsan amat kecewa dengan pembangunan bedah rumah. Saat sosialisai, kayunya menggunakan Meranti, tapi pada faktanya menggunkan kayu lokal dengan kualitas tidak bagus.
"Sangat tidak puas mas, usuknya terlalu jarang. Katanya dulu kayu Meranti, tapi saat datang bukan Meranti tapi kayu lokal," ujar Maningun sambil menunjuk ke atas, Sabtu (02/09/2017).
Saat mendapatkan bedah rumah yang paling parah saat disurvai adalah atapnya. Untuk batu bata akan diberi 3 ribu, namun yang dipasang hanya 1.500 batu bata. "Garapannya semberono mas, masak bolong-bolong kayak gitu. Untung saya tukang, jadi saya perbaiki sendiri dengan menggunakan dana seadanya," jelasnya.
Muhammad Zaini, cucu dari Ibu Sulastri di RT dan RW yang sama juga sangat kecewa. Pasalnya, dirinya hanya dapat lantai keramik dan beberapa material lainnya yang ditaksir hanya 4 juta rupiah saja.
"Katanya untuk dapur tidak boleh mas, jadi saya hanya dapat keramik, atap sama bengkura saja. Kalau dinilai dengan uang sekitar 4 juta saja," paparnya.
Yang lebih memprihatinkan lagi kondisi rumah Samsuri penerima program bedah rumah di Citrodiwangsan. Pasalnya, tanggal 8 September dirinya akan menikahkan putrinya, namun kondisi rumahnya belum selesai dan amburadul.
"Ini moro-moro ditinggalkan mas, kondisinya seperti ini wes, kalau hujan pasti kebanjiran wes," paparnya.
Dari tiga penerima tersebut semunya mengaku tidak tahu dari mana bahan material bangunan didatangkan. Penerima juga tidak pernah menerima nota atau bukti pembelian barang, sehingga penerima tidak tahu berapa habisnya.
"Semuanya tidak pegang mas, rekening tidak pegang, kwitansi atau nota pembelian barang tidak ada. Kita juga tidak tahu toko mana yang disepakati untuk memasok bahan material," pungkasnya.
Sementara itu, Khobir fasilitator program mengaku di Kalurahan Citrodiwangsan ada 15 penerima dengan 3 pendamping program. Khobir mengaku memang ada yang komplain dari penerima. Fasilitator beralasan memang saat ini dalam tahap evaluasi dan nantinya semua penerima akan mendapatkan nota pembelian barang.
Bahasa bahwa pembangunan sudah selesai muncul dari pekerja atau tukang. Padahal, saat ini program bedah rumah belum tuntas dan pendamping juga belum menyatakan selesai. Soal banyak daun pintu tidak terpasang, memang pesanannya banyak sehingga harus antri.
"Kalau untuk pintu memang atri mas karena pesanannya banyak. Di Citrodiwangsan menunjuk toko Sahera sebagai pemasok bahan material," pungkasnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi