Budaya Keturunan Madura
Masih Lestari Tradisi Sawer "Ontalan" Calon Mantu Perempuan di Lumajang
Jatiroto (lumajangsatu.com) - Tradisi adalah sebuah kebiasaan yang berasal dari sebuah kesepakatan masyarakat dengan filosofi moral kehidupan. Budaya terus dilestarikan sebaga identitas manusia meski ditengah derasnya kemajuan zaman.
Tradisi ontalan atau sawer masyarakat Madura tetap lestari oleh para turunnya. Ini juga masih terjaga di Masyarakat Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto.
BACA JUGA : Komentar Warganet Apresiasi Kinerja Polres Lumajang Tangkap Begal
Ontalan dalam arti bahasa indonesia adalah melempar tapi dengan makna halus bukan kasar. Tradisi ini masih ada disaat seorang lelaki anak warga keturunan Madura sedang melamar seorang gadis.
Pihak dari keluarga lelaki memberi atau dalam jaga Nyagoni sang calon mantu perempuan. "Jadi Ontalan ini sebagai awal untuk memberikan rejeki pada calon mantu, artinya Gotong Royong dalam membantu kehidupan awal calon pasangan suami istri jika sudah menikah," ujar Aji Hariyanto, mantan Sekdes Banyuputih Kidul.
Menurutnya, Tradisi ini menjadi sangat penting dan berkesan dari kalangan keluarga laki-laki madura untuk bersilaturahim. Kelucuan terjadi disaat calon mantu perempuan dari keturunan warga Jawa.
"Mereka gak tahu, jadi manut saja dan senyam senyum, adat Gotong Royong warga Madura dalam membantu sanak famili sangat kuat," jelasnya.
BACA JUGA : Cak Thoriq Terima Penghargaan Keberhasilan Lumajang dari Gubernur Jatim
Tradisi Ontalan ini dilakukan oleh Keluarga Samsul, Takmir Musholla Babussalam, anaknya Rofiul Huda melamar seorang gadis asal Desa Sememu Kecamatan Pasiran, Hasri Nikma, Sabtu(13/10/2018).
"Tradisi ini tetap lestari, karena makna sangat membumi," paparnya.
Tradisi ontalan juga tidak mau disamakan dengan Saweran pada artis penyanyi dangdut. "Kalau hal itu, gak tahu maknannya, mungkin aja bagi rejeki," terang Herul, paman dari Rofiul Huda. (ls/red)
Editor : Redaksi