Lumajang (lumajangsatu.com) - Belasan mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Lumajang menggelar aksi di depan kampus. Mahasiswa menuntut ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk mundur karena tidak melaksanakan kegiatan sama sekali. Belasan mahasiswa tersebut berasal daru Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Ketua BEM M. Arif Wijaya dinilai melakukan pelanggaran AD/ART KBM STKIP PGRI, tidak segera menggelar rapar kerja (raker) serta sejumlah pelanggaran yang lainnya. "Ketua BEM hingga kini tidak menggelar raker, melanggar AD/ART dan melakukan penundaan pelantikan UKM," ujar M. Syahwal Ali salah satu mahasiswa jurusan Ekonomi, Kamis (21/05/2015). Aksi yang sempat memanas karena satpam STKIP PGRI hendak memukul mahasiswa. Namun, tidak sampai terjadi bentrok karena mahasiswa segera mengamankan satpam dan juga mencegah terjadinya cekcok. Setelah bagian kemahasiswaan STKIP PGRI Agus Irianto menemui sejumlah mahasiswa ketenagan mulai mereda. Akdemik akhirnya siap menemui para mahasiswa untuk menampung aspirasi dari mahasiswa. "Apakah sholat dulu, atau langsung melakukan dialog," ujar Agus kepada sejumlah mahasiswa.(Yd/red)
Lumajang
Fraksi Golkar Berharap Bupati Setuju Pasar igenis Jadi Sentra Perdagangan Batu Akik
Lumajang(lumajangsatu.com) - Ketua DPD Golkar, Sujatmiko berharap ada sentar perdagangan batu akik di Lumajang. Pasalnya, batu akik di Lumajang mulai diburu oleh kolektor. "Saya sudah minta ke Pak Bupati, agar pasar higenis tidak berfungsi jadi sentra penjualan batu akik," ungkapnya pria yang juga ketua Fraksi Golkar itu. Batu akik Lumajang yang paling populer seperti bulu macan terus diburu dan menjadi primadona. Selain itu, batu Semeru stone juga menjadi unggulan di Lumajang. "Eman, kalau tidak ada sentra, karena banyak pemburu batu akik berdatangan ke Lumajang," jelasnya. DPD Golkar bersama Kopbal (komunitas Pedagang Batu Akik Lumajang) berharap ada perhatian pemerintah. Apalagi, sentra batu akik bisa menjadi magnet orang luar datang ke Lumajang. "Batu akik sudah menjadi identitas manusia, bukan hanya buat gaya-gayaan, tetapi sesuatu yang luar biasa bila dipakai dijari pemakainya," jelasnya.(ls/red)
Diburu Kolektor, Akik Bulu Macan Lumajang Makin Langka dan Harga Capai Milyaran
Lumajang(lumajangsatu.com) - Aki bulu macan khas Lumajang mulai terus diburu dan harganya mencapai ratusan juta serta milyaran rupiah. Ketersediaan bahan baku, membuat batu akik bulu macan jadi primadona. "Waduh, sekarang bahan bakunya terbatas, hargapun gila-gila-an," ungkap Samad, salah satu pemburu batu akik asal Jakarta. Menurutnya, batu akik Bulu macan lumajang memiliki ke-khasan yang luar biasa. Karena jenis dan motifnya berbeda dengan batu akik lainya. "Kalaupun ada sekarang harganya yang ukuran kecil diatas satu juta," terangnya. Demikian juga, ungkap Hanafi, kolektor akik asal Jogyakarta, batu akik bulu macan tersebar di perkenunan tebu Jatiroto. Untuk bisa mendapatkan sangat sulit dan perlu perjuangan keras. "Ibaratnya dapat, itu keberuntuangan luar biasa," jelasnya. Akik bulu macan terus diburu oleh kolektor batu akik di Nusantara. Ketersediaan bahan baku yang terbatas, harga akik jenis ini terus mengalami kenaikan harga luar biasa."Kalaupun ada, jangan cari motif,karena batu seperti jarang sekali di Indonesia," paparnya.(ls/red)
Antara Intelektual Organik dan Teknokrat
Pendidikan sangat penting dalam membentuk manusia intelektual dibidang ilmu pengetahuan. Tak salah bila Hos Cokroaminoto melalui Sarekat Islam mencanangkan ada pendidikan 12 tahun sebelum kemerdekaan Indoensia dari Bangsa Kolonial dalam bentuk Koorporasi Ekonomi VOC-nya. Belajar dari Cokro, pendidikan sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat itu. Karena bangsa ini hanya dijadikan kaum buruh yang bergelut dengan pekerjaan yang keras. Sedangkan, VOC bersama para ningkrat/ kelompok priyayi kerajaaan jawa mengekploitasi tenaga bangsa ini tanpa menggunakan intelektualnya (Otak). Istilah intelektual di Indonesia sudah dikenal sebelum Kemerdekaan saat di Proklamasikan oleh Bung Karno yang tak lain murid dari Cokro. Dulu intelektau putra bangsa ini, dimasa sebelum kemerdekaan ada yang memilih bekerja pada VOC (Kolonial) dibadingkan memperjuangkan kebebasan bangsaanya. Michael Faulcount membagi dua Intelektual yakni Organik dan Teknokrat. Pasalnya, perjuangan duo intelektual ini berbeda dalam pemahaman keilmuan dan aplikasi di lapangan. Intelektual organik memilih kemampuannya untuk kepentingan bangsan dan rakyatnya. Tak jarang intelektual jenis ini, kerap turun dijalanan dan mengkritik pemerintah serta keilmuan yang didapat dalam bangku sekolah. Tak jarang mereka jadi korban dari perjuangan dan terbunuh dalam memperjuangan rakyat yang tertindas dari pemerintah. Sedangkan intelektual Teknokrat adalah mereka yang menggunakan kemampuanya membantu pemerintah dan koorporasi liberal serta kapitalis. Mereka juga lahir dari institusi pendidikan yang mulai, tapi mereka menggunakan keilmuannya untuk perutnya. Intelektual organik dan teknokrat bisa hadir sebuah organisasi pergerakan dengan tujuan memuliakan keilmuan. Pertarungan dua intelektual ini kerap keras dan bersinggung mulai jaman sebelum kemerdekaan dan kekinian. Di Lumajang kaum terpelajar yang intelektual terus hadir dalam roda kemajuan zaman. Bahkan, pertarungan kaum intelektual ini masih jauh dalam memberikan pengaruh dimasyarakat untuk bersama-sama menjadikan Lumajang sejahtera dan bermartabat. Namun, harapan mulai tumbuh seiring, munculnya komunitas anak muda yang ada dimedia sosial ke dunia nyata. Gerakan anak muda ini sangat memberikan efek luar biasa dalam kemajuan Lumajang. Bahkan, sebuah gerakan progresif memajukan Lumajang terus mengalir dari dalam lubuk hati mereka. Gerakan anak muda Lumajang yang lahir dari institusi pendidikan sebagai intelektual muda, hadir ditengah masyarakat dalam mengawal pembangunan kontrol sosial di media sosial. Perjuangan anak muda di Lumajang tercatat dalam mengukuhkan identitasnya dari sejarah, wisata, teknologi dan kemanusiaan. Perjuangan para komunitas yang lahir dari kultural lebih menggema dibanding struktural yang ada di tangan pemerintah. Kini, anak muda Lumajang yang dikenal sebuatan Wirabhumi (Daerah Kesatria) terus melakukan inovasi dengan kemajuan teknologi informasi. Pemkab Lumajang kini memiliki pesaing yang tidak terlihat dan terasa, mereka muda, beda dan berbahaya. Semakin diawasi, mereka semakin menunjukan eksistensinya dalam memberikan pencerahan pada masyarakat. Selamat datang para komunitas di Negeri Tertinggi di Pulau Jawa, Ini Tanah Kalian, Ini Bumi Kalian dan Ini Panggilan Perjuangan Kalian. Jayalah Lumajangku ditangan Kalian.(red)
Waduh, Pemain Layangan Di Jembatan Gambiran Bisa Sebabkan Kecelakaan
Lumajang(lumajangsatu.com) - Bermain layang-layang tidak hanya di sukai anak-anak, tapi juga orang dewasa. Ini terlihat di Jembatan Gambiran di Kelurahan Jogoyudan setiap sore hari. Pemandangan yang asyik dengan ada pemain layang-layang saling memutuskan dan dibawah jembatan di Sungai Kali Asem anak kecil berebut layang putus. Para pemain layang-layang lupa keselamatan, karena Gladak Gambiran sangat ramai lalu lintas dan berbahaya untuk menimbulkan kecelakaan. "Waduh, main layangan di Gambiran ramai, tapi rawan kecelakaan lalu lintas," ujar Usman, pengendara asal Boreng. "Mainan layangan memang senang, tapi mereka tidak memperhatikan bahaya lalu lintas," ungkapnya. Permainan layang-layang di Jembatan Gambiran menjadi pemandangan setiap sore hari. Bahkan, para pemain layangan terus bertambah dan sore hari lalu lintas di Gladak Gambiran sangat ramai.(ls/red)
Tak Mau Larut Dikisruh PSSI-Menpora, Lumajang Fokus Pembinaan Usia Dini
Lumajang(lumajangsatu.com) - Pengurus Assosiasi PSSI Lumajang tidak mau larut dalam konflik antara PSSI dan Menpora. Para pengurus organisasi sepak bola di Kaki Gunung Semeru, memilih fokus dalam pembinaan usia dini. Ketua Assosiasi PSSI Lumajang, Ngateman mengatakan, pihaknya akan fokus dalam pembinan usia dini mulai U-14, U-17 dan U-20. Sehingga, lumajang dalam mengikuti kejuaraan yang diadakan oleh PSSI, KONI dan Kanpora sudah siap pemain berkualitas. "Jadi tidak lagi ada seleksi," ungkapnya. Menurutnya, untuk menyukseskan program pembinaan usia dini, PSSI akan mengumpulkan pelatih. Sehingga, program pembinaan pemain terfokus dan semua pelatih di Lumajang terlibat. "Jadi bukan hanya pemain, pelatih, pssi, tetapi orang tua harus mendukung," jelasnya. PSSI Lumajang berharap pemain lokal bisa tampil menjadi tuan rumah bila PSSI berlaga dikompetisi Nasional.(ls/red)
HMI Kritik Program Bupati, Plt Sekda Segera Panggil Pejabat Terkait
Lumajang(lumajangsatu.com) - Plt Sekda Lumajang, Imam Suryadi yang belum genap sebulan menjabat mendapati kritikan dari Himpunan Mahasiswa Islam soal Program Bupati. Plt Sekda akan memanggil pejabat terkait mengenai adanya kritikan kinerja terhadap dinas. "Saya akan panggil dan koordinasi dengan teman-teman," ungkapnya saat ditemui Lumajangsatu.com di lobi Pemkab, Rabu(20/05) sore. Menurut dia, kritikan dari mahasiswa sangat baik dalam meningkat kinerja pejabat dan PNS Pemkab. Sehingga, program Bupati bisa dirasakan oleh masyarakat. "Ini baik karena kritikannya ada kajian,"jelasnya. Plt Sekda mengaku sangat senang ada kritikan terhadap Pemkab, karena Mahasiswa ikut Memiliki Lumajang.(ls/red)
HMI Kritik Program Bupati Lumajang Tak Jelas dan Diskriminasi
Lumajang(lumajangsatu.com) - Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lumajang mendatangi Pemkab untuk menyampaikan hasil kajian pemerintah dibidang Pariwisata dan Pendidikan. Mahasiswa menilai pemerintah tidak fokus dalam mengarap Pariwisata dan Ada diskriminasi didunia pendidikan. Ketua Komisariat HMI Lumajang, Danar mengatakan, pihaknya menilai pemerintah tidak fokus dalam pengembangan wisata. Seharusnya, ada satu wisata unggulan yang bisa menjadi ikon Lumajang. "Kalau tidak fokus, bisa-bisa obyek wisata di Lumajang terbengkalai, tahun ini obyek wisata ini, tahun depanya baru obyek wisata satunya dan seterusnya," jelasnya usai melakukan pertemuan dengan Plt Sekda, Imam Suryadi. HMI menilai seharusnya pemerintah fokus di Selokambang dan mengembangkan sebagai tujuan wisata keluarga. Pasalnya, Selokambang memiliki potensi yang lebih bisa dikenalkan. Sedangkan didunia pendidikan, HMI menilai 9 program politik bupati, satu kecamatan satu sekolah dasar unggulan ada diskriminasi terhadap lembaga pendidikan. Karena semua sekolah dasar di kecamatan memiliki hak yang sama untuk pelayanan dari Pemkab. Selain itu, ada 5 kecamatan yang belum memiliki sekolah menengah atas. Sehingga, pemerataan pendidikan di Lumajang belum bisa dikatakan berhasil. "Pantauan kami 5 kecamatan yang tidak ada sekolah menengah yakni, Sumbersuko, Sukodono, Gucialit, Padang dan Ranuyoso," jelasnya.(ls/red)
Baleho Free Sex di Tempursari, Dinkes Berdalih Untuk Penilaian Dokter Teladan
Lumajang (lumajangsatu.com) - Pro dan kontra terhadap pemasangan baleho berisikan perang terhadap free sex (sex bebas) dijalan protokol Tempursari, Dinas Kesehatan mulai angkat bicara. Pemasangan baleho tersebut bertujuan agar mencegah anak muda berperilaku menyimpang dilokasi-lokasi wisata. "Itu bukan berarti di Tempursari sudah sangat darurat free sex," ujar dr Triworo kepala Dinas Kesehatan Lumajang, Rabu (20/05/2015). Pemasangan baleho tersebut merupakan sebuah inovasi dari Saka Bhakti Husada, Pramuka dibawah naungan Dinkes, untuk memerangi pergaulan bebas. Disamping itu, pemasangan baleho juga sebagai kredit poin bagi penilaian dokter teladan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur. "Itu kemaren kita pasang pas ada kunjungan penilaian dokter teladan dari Pemerintah Jawa Timur," terang ibu berkacamata itu. Disamping memasang baleho, Saka Bhkati Husada juga membuka kafe yang bisa digunakan para pemuda Tempursari untuk curhat persoalan pribadinya. "Kita juga buka kafe, dimana para pemuda bisa curhat permasalahan pribadinya," terangnya. Sementara itu, Catur Pujo Satoto anggota DPRD Lumajang asal Tempursari menyatakan setuju dengan pemasangan baleho tersebut. Namun, jangan hanya baleho akan Muspika harus melakukan aksi nyata agara di Tempursari tidak rawan free sex. "Secara pribadi saya setuju saja, namun jangan baleho saja akan tetapi Muspika melakukan aksi nyata dengan turun langsung, bukan bersifat himbauan saja," paparnya. Diakui Catur, saat dirinya menjadi guru SMA atau SMK, setiap tahun pasti ada saja siswi yang putus sekolah karena hamil diluar nikah. "Saya dulu kan juga guru, setiap tahun pasti ada saja siswa yang putus sekolah karena hamil diluar nikah," pungkas politisi NasDem itu.(Yd/red)
Meski Ramai Pengunjung, Pendakian Semeru Masih Nol PAD Untuk Lumajang
Lumajang (lumajangsatu.com) - Meski pendakian ke Gunung Semeru dan Ranu Kumbolo sangat membeludak, namun Lumajang sama sekali tidak memperoleh pendapatan. Padahal, Semeru bisa memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat besar jika dimanfaatkan dengan baik. "Saat ini pendapatan dari pendakian Semeru masih alpa atau nol," ujar Suigsan Ketua Kimisi C DPRD Lumajang kepada lumajangsatu.com, Rabu (20/05/2015). Komisi C kata Suigsan sebenarnya sudah melakukan komunikasi dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Tujuannya, agar Lumajang bisa juga mendapatkan PAD dari wisata pendakian gunung Semeru. "Kita sudah buka komunikasi dan bu Ayu selaku kepala TNBTS sudah welcome agar Lumajang bisa memperoleh pendapatan dari Semeru," paparnya. Agar bisa memperoleh PAD dari Semeru, tentunya harus ada cantolan hukumnya berupa peraturan bupati (perbup). Sebab, Lumajang masih belum punya peraturan daerah (perda) yang mengatur soal pariwisata Lumajang. "Agar bisa menghasilkan PAD, harus ada Perbup-nya dulu, karena kita belum memiliki Perda kawasan wisata," pungkas politis Golkar itu.(Yd/red)