Hikmah Kehidupan

Bahaya Dosa Jariyah

lumajangsatu.com
Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon

Lumajang - Sering kali kita mendengar istilah "shodaqoh Jariyah", tapi jarang mendengar istilah "dosa Jariyah". Yang menjadi pertanyaan, apa dosa Jariyah?. Dosa jariah adalah dosa yang terus menerus mengalir kepada orang yang melakukannya. Sekalipun sudah berhenti dari perbuatan dosa tersebut, bahkan sampai meninggal dunia.

Orang yang melakukan dosa Jariyah sulit mendapatkan pengampunan dari Allah SWT, bahkan sulit masuk surga, karena selalu mendapatkan tambahan dosa, sekalipun sudah meninggal dunia. Dosa Jariyah jumlahnya sangat banyak, akan tetapi apbila dirangkum ada tiga:

Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024

Pertama, membuat tradisi yang mengandung dosa dan kesesatan, apabila tradisi itu diikuti oleh orang lain. Maka mendapatkan dosa disebabkan tradisi tersebut dan mendapatkan dosa seperti dosa yang didapatkan oleh orang mengikutinya. Misalnya membuat tradisi menyembah berhala. Orang yang membuat tradisi tersebut mendapatkan dosa karena menyembah berhala dan mendapat dosa dari Allah disebabkan orang yang mengikutinya. Apabila yang mengikuti 1 orang, maka dapat tambahan dosa seperti dosanya 1 orang, tetapi apabila pengikutnya 100 orang, maka mendapatkan tambahan dosa seperti dosanya 100 orang.

Misalnya membuat tradisi judi di suatu daerah, maka orang yang membuat tradisi judi mendapatkan dosa dari judi yang dilakukannya. Dan mendapatkan dosa disebabkan orang-orang yang meniru tradisi judi tersebut, sekalipun orang yang membuat tradisi sudah berhenti. Yang paling berat dosanya, apabila tradisi judi tersebut diikuti oleh generasi ke generasi, selama masih ada yang mengikuti tradisi tersebut, maka orang yang membuat tradisi judi selalu mendapatkan kiriman dosa dan terus-menerus mengalir tanpa henti.

Kedua, mengajak orang lain pada perbuatan maksiat atau kesesatan. Orang yang mengajak pada perbuatan maksiat atau kesesatan lalu diikuti oleh orang lain dari generasi ke generasi, maka mendapatkan dosa disebabkan mengajak orang lain pada perbuatan maksiat dan ketaatan, dan mendapatkan dosa seperti yang didapatkan oleh orang yang mengikutinya. Apabila yang mengikutinya 1 orang. Maka mendapatkan dosa seperti dosa yang didapat oleh 1 orang, apabila yang mengikuti 1000 orang, maka mendapatkan dosa seperti yang dudapatkan 1000 orang, dan yang paling berat apabila diikuti oleh generasi ke generasi, maka dosa yang didapatkan dari ajakan tersebut tersebut terus menerus mengalir pada yang mengajaknya tanpa henti.

Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan

Misalnya mengajak orang lain berpakaian pakaian yang membuka aurat, lalu diikuti oleh orang lain, maka mendapatkan dosa, karena mengajak pada perbuatan maksiat dan mendapatkan dosa seperti yang didapatkan oleh orang yang mengikutinya berpakaian yang membuka aurat, apabila yang mengikuti ajakannya 1 orang, maka mendapatkan dosa seperti dapatkan 1 orang, dan diikuti 1000 orang, maka di mendapatkan dosa seperti yang didapatkan oleh 1000 orang, dan lebih berat lagi apabila diikuti oleh generasi ke generasi maka dia mendapatkan kiriman dosa terus-menerus tanpa henti.

Ketiga, menyebarkan hal-hal yang mengandung maksiat atau kesesatan melalui media sosial. (WA, FB, IG, youtube Twitter dll). Menyebarkan foto, film atau tulisan melalui media sosial yang isinya mengandung maksiat seperti gambar-gambar sronok, ujaran kebencian dan lain sebagainya, maka mendapatkan dosa terus-menerus selama tulisan, gambar dan film tersebut masih ada di media sosial, yang lebih berat lagi, apabila oleh orang lain dishare kepada yang lain, lalu oleh yang lain dishare lagi pada yang lain, maka dosanya terus bertambah dan bertambah sesuai dengan berapa banyak orang yang melihat film, foto dan tulisan yang disebarkan melalui media sosial.

Muslim yang baik adalah muslim yang selalu beribadah kepada Allah SWT, berbuat baik kepada sesama manusia serta membuat tradisi-tradisi yang baik, mengajak orang lain pada perbuatan yang baik, dan selalu menyebarkan konten-konten yang baik di media sosial baik melalui FB, Twitter. nstagram dan media lainnya. Dengan amal perbuatan tersebut seorang muslim selalu mendapatkan kiriman pahala terus-menerus tanpa henti, sekalipun sudah meninggal dunia.(Red)

Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Wallahu a'lam bis shawab

Penulis Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru