Lumajang - Komisi B DPRD Lumajang mendorong petani di Lumajang mulai beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik. Hal itu perlu dilakukan sebagai bagian dari kemandirian pertanian dengan bergantung pada pupuk kimia yang harganya setiap tahun semakin mahal.
“Lumajang banyak daerah sebagai penghasil beras, karena pupuk kimia atau anorganik semakin langka maka petani harus punya alternatif lain dengan menggunakan pupuk organik yang bahan bakunya masih melimpah,” ujar Moch. Hasan, ST,. MT, anggota Komisi B DPRD Lumajang.
Baca juga: Satlantas Polres Lumajang Intensifkan Patroli Malam Cegah Balap Liar di Jalan Sukarno Hatta
DPRD meminta Pemerintah Lumajang memberikan perhatian serius bagi petani dan pertanian. Sebab, sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan paling banyak menyerap tenaga kerja. “Harus ada perhatian lebih untuk bidang pertanian, karena Lumajang banyak petani dan memiliki banyak lahan subur,” tegasnya.
Baca juga: Kapolsek Lumajang Kota Resmi Berganti, Iptu Edy Kuswanto Gantikan Iptu Andrie Setyo Wibowo
Sementara itu Eko Sugeng Prasetyo, SP,. MP Kabid Prasarana dan Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Lumajang menyatakan pihaknya sudah melakukan banyak penyuluhan dan pelatihan bagi para kelompok tani. Yang pertama yang diharapkan adalah petani mau menggunakan pupuk organik dan mau membuat pupuk organik.
Tetapi, ada persoalan baru ketika kelompok tani sudah bisa membuat pupuk organik, dimana pupuknya hanya bisa diaplikasikan ke lahan sendiri. Pupuk yang dibuat tidak bisa dijual ke kelompok lain, karena harus berkaitan dengan perizinan lain. “Jadi kita sosialisasikan agar digunakan di kalangan sendiri saja,” terangnya.
Baca juga: Kapolsek Ranuyoso Sosialisasikan Hotline Polisi saat Patroli di Wisata Kolam Renang
Pemerintah terus menghimbau agar petani bisa mandiri dengan kelompok bisa menciptakan pupuk sendiri sehingga bisa menekan biaya produksi. Jika menggunakan pupuk organik, tentu hasil pertaniannya juga akan lebih sehat saat dikonsumsi.(Yd/red)
Editor : Redaksi