Author : Redaksi

Mudik Lebaran, Inilah 90 Titik Rawan Macet di Jawa Timur

Surabaya  - Meski Hari Raya Idul Fitri kurang 14 hari lagi, Polda Jatim sudah mengumumkan jalur-jalur rawan kecelakaan dan jalur-jalur rawan macet yang ada di Jawa Timur. Setidaknya ada 90 titik rawan macet. Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki Polda Jatim, ada 90 titik rawan kemacetan di Jawa Timur yang harus diwaspadai para pemudik nantinya. Titik-titik itu diantaranya, daerah Duduksampeyan Gresik, pasar baru Babat Lamongan, Jembatan Gendingan Probolinggo. “Selain itu, masih ada Simpang Kenanten Mojokerto, Bottle Neck Trowulan Mojokerto, Flyover Peterongan Jombang, Jembatan Perak dan Persimpangan kereta api Jombang, Pertigaan Nangkreng Kediri, sepanjang jalan Mantingan Nganjuk, Saradan hingga Caruban Madiun, “ ujar Awi dilansir dari beritajatim.com. Polda Jatim, lanjut Awi, juga mencatat ada beberapa wilayah di Jawa Timur yang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas dan dikenal dengan nama jalur tengkorak. Jalur tengkorak yang dimaksud yaitu Jl raya Ds Tebalon kec. Duduk Sampean Gresik, Jalan Lamongan Babat km 9, km 21, km 4 Kab. Lamongan, Jalan Tuban Widang km 3-4, Kecamatan Semanding Tuban, Jalan Raya Bakalan depan pos polisi balungbendo, Sidoarjo, Jalan Raya Surabaya-Malang Km.37 Kecamatan Gempol Pasuruan, Jalan Raya Desa Kaponang Kabupaten Situbondo, Jalan Mojosari Japanan, Jalan Bangsal, Jalan Bypas km 46 Kabupaten Mojokerto. “Kami juga mencatat beberapa jalur rawan macet dan sering terjadi kecelakaan. Jalur-jalur itu misalnya 9. jalan Mantingan Ngawi km 9-15, jalan Ngawi-Madiun km 8-15 Ngawi, Jalan Raya Kelurahan Beru Wlingi Kab. Blitar, Jalan Raya Tulungagung Kediri sepanjang 12.1 Km Tulungagung, Kecamatan Tugu-Ds Dermosari-Ds Sawo Kecamatan. Sawo-Trenggalek, dan jalan Pacitan Sudimoro km7-10 Pacitan, “ ungkapnya. (yan) sumber : beritajatim.com

Ugal-ugalan, Panther Vs Truk Tebu Memakan 3 Korban

Jatiroto(lumajangsatu.com) - Hati-hati selama perjalanan jika anda sedang mudik di LUmajang. Sebuah kecelakaan hebat antara minibus pemudik "Panther" dan truk bermuatan tebu di jalur surabaya-banyuwangi di di Desa Sukosari-Kecamatan Jatiroto. Kecelakaan diduga sopir Panther uagl-ugalan dan menabrak truk dari arah berlawanan di jalur kanan. Akibat kecelakaan ini, dua orang luka kritis dan seorang mengalami luka ringan Korban kecelakaan mini bus dan truk tebu menjalani perawatan intesif di rumah sakit jatiroto. Bahkan dua korban kondisinya  kritis yakni, herman dan dedy sertadan sopir truk Muhtar, ketiganya warga lumajang. Kecelakaan ini bermula saat kendaraan mini bus yang dikemudkan dedy ini melaju kencang dari arah timur. Namun saat sampai ditiungan jalan raya desa Sukosari,  tiba-tiba mobil mini bus tersebut oleng. Tak berhenti disitu saja, mobil mini bus ini langsung menghantam truk tebu dari arah berlawanan. Diduga sopir mini bus ugal ugalan. Kasus kecelakaan ini ditangani satuan polisi lalulintas lumajang. Kawasan Jalan Lumajang-Jatiroto dikenal sebagai jalur tengkora.(yan)

SBY ke Lumajang, Petani Berharap Harga Pisang Mas Kirana Melonjak

Senduro(lumajangsatu.com)-Kedatangan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Lumajang untuk mencicipi dan melihat kebun Pisang Mas Kirana. Para Petani berharap harga bisa Kirana mahal dan mensejahterakan mereka. Pasalnya, harga pisang Mas Kirana untuk yang Grade A Rp 5 ribu/kg dan grade B Rp 2 ribu/kg. Petani dengan luas 1 hektar diperkirakan dalam satu tahun bisa meraup penghasilan Rp 32 juta. Sedangkan untuk ke pedagang tradisional, satu tanda pisang Kirana masih berkisaran Rp. 15 ribu-30 ribu. "Saya harap ada harga standar, jadi kita sebagai petani dan pembudidaya juga tetap menjaga kualitas pisang mas kirana," Ujar, Saujah, warga Kandang Tepus. "Kalo bisa mas, yang beli pemerintah degan harga yag sudah ditetapkan, seperti beras gito lo," ujar Siti Maimunah warga lainya. Selain itu, para pedagang yang mau beli ke petani Pisang juga perlu ada sertifikasi. Hal ini agar petani merasa aman menjual pisang mas kirana.(yan)

Pisang Mas Kirana Semeru Disertifikasi Menteri Pertanian

Lumajang(lumajangsatu.com) - Dilihat sepintas Pisang Mas Kirana dan Pisang Agung memang tidak berbeda jauh dengan jenis pisang lainnya. Namun, bila ditelusuri asal-usulnya pisang jenis ini hanya dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di sekitar kaki Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).Lokasi yang tepat juga berada di Kecamatan Senduro, Pasrujambe dan Gucialit. Pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian sudah mengeluarkan keputusan dengan Nomor : 516/Kpts/SR.120/12/2005 yang menyatakan bahwa Pisang Mas Kirana sebagai varietas unggul di Kabupaten Lumajang dan sudah mendapat sertifikasi. Pisang Mas Kirana dan Pisang Agung hingga saat ini masih jadi andalan. Kualitas kedua jenis pisang ini tidak hanya diakui konsumen dalam negeri tetapi juga sampai Eropa. Dari Kecamatan Senduro, Pasrujambe dan Gucialit, sedikitnya setiap tahun bisa dihasilkan pisang mas kirana sebanyak 216.515 kuintal per hektarnya. Bentuk buahnya yang cukup cantik dan rasa manis yang dimiliki mas kirana, memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen.(yan) http://bappeda.jatimprov.go.id

Antara SBY dan Perjuangan Petani Pisang Mas Kirana

Lumajang(lumajangsatu.com) - Presiden SBY yang kepincut dengan Pisang Mas Kiranah tidak berlebihan, Pasalnya, kandungan gizinya luar biasa bagi  tubuh. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE, vitamin B 0,08 mg, vitamin C sebanyak 3 mg dan air 72 gram. Salah satu sentra Pisang Mas Kirana di Kecamatan Senduro adalah Desa Kandang Tepus. Sebagian besar warga Desa Kandang Tepus menjadi petani Pisang Mas Kirana. Mereka menanam Mas Kirana selain faktor geografis, juga karena harganya yang lumayan dibanding menanam komoditas lainnya. Pohon pisang bisa panen usia 11 bulan, per batang pohon sekali panen menghasilkan 8 sampai 18 kg buah pisang atau 1 tandan berisi 7 sisir. Luas kebun pisang Mas Kirana di Kecamatan Senduro sekitar 425 hektar dan 75 persen di antaranya dari Desa Kandang Tepus, dengan produksi sekitar 250 ton per tahun. Menurut Sochibul Fattah (34), Sekretaris Kelompok Tani Raja Mas Desa Kandang Tepus, sebelum tahun 2000 Pisang Mas Kirana sebetulnya sudah ditanam penduduk Desa Tepus, berbaur dengan jenis pisang lainnya. “Tahun 2005 mulai dikembangkan dengan bimbingan penyuluhan dari UPT BPP Kecamatan Senduro. Sebetulnya tahun 2004 sejumlah pisang seperti pisang jenis Mbok, Rojo Nongko dan Ambon sudah dikonversi. Dulu bermacam-macam pisang campur, sekarang hanya Pisang Mas Kirana saja atau monokultur,” kata Sochibul Fattah, penyuluh UPT BPP Kec. Senduro. Mengajak penduduk Desa Kandang Tepus menanam pohon pisang Mas Kirana awalnya agak susah. Tetapi melihat hasilnya, barulah mereka banyak yang menanam mas kirana. Sebagai perbandingan, dengan mempunyai lahan setengah hektar, pisang Mas Kirana bisa dipakai gantungan hidup. Belum lagi di sela-sela pohon pisang dapat ditumpangsari dengan kopi dan rumput gajah. “Dalam kondisi alam normal, dengan luas setengah hektar saban minggu akan bisa dipanen sedikitnya 18 kartun, sedangkan saat hujan atau musim angin hanya dapat dipanen 8 kartun,” kata Sochibul Fattah. Masing-masing kartun berisi 11 kg pisang mas kirana. Adapun harganya, untuk yang Grade A Rp 5 ribu/kg dan grade B Rp 2 ribu/kg. Petani dengan luas 1 hektar diperkirakan dalam satu tahun bisa meraup penghasilan Rp 32 juta. Selain harganya yang bagus, petani juga tidak ragu-ragu menanam pisang Mas Kirana karena ada jaminan pemasaran pasca panen. Pisang Mas Kirana dari Desa Kendang Tepus dipasarkan oleh distributor, yaitu CV Sewu Segar Nusantara di Tangerang dan PT Mulya Raya di Jakarta, selanjutnya didistribusikan ke sejumlah pasar swalayan di sejumlah daerah. Sementara itu distributor dari Lumajang sendiri yaitu Alam Indo dan Kirana.(yan) http://bappeda.jatimprov.go.id

Pisang Kirana Dipupuk Kotoran Kambing Etawa dan Bersertifikat Eropa

Lumajang(lumajangsatu.com) - Perawatan pisang Mas Kirana tidak terlalu sulit. Sebelum berbuah anak pisang harus diatur yakni maksimal tiga anak pisang dalam satu induk. Pohon pisang dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dan dalam waktu tiga bulan. “Untuk budiadaya, awal musim tanam kami harus menyiapkan bibit. Rumpun dipupuk satu tahun 3 kali lalu keluar anak. Sedangkan pupuk kandang yang kami pakai adalah limbah kambing etawa,” kata Sochibul. Beriringan dengan penyuluhan dari UPT BPP, petani juga mulai membrongkos . “Dulu tidak dibrongkos, sekarang begitu buang jantung langsung dibungkus menggunakan higro. Selain menghindari sengatan serangga, juga untuk meningkatkan mutu, berat pisang dan menambah nilai tawar karena besar,” kata Sochibul. Pohon pisang usia 8 bulan umumnya sudah keluar montongnya. Cara bercocok tanam petani pisang Mas Kirana di Desa Kandang Tepus sudah diakui oleh dunia internasional. Petani di Kandang Tepus tahun 2013 memperoleh sertifikat penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dari Eropa. Tim penilaian melakukan penilaian secara menyeluruh, mulai dari GAP, WC penduduk hingga pembuangan limbah domestic milik penduduk. Yang juga dinilai oleh tim ini, kata Sochibul, adalah juga administrasi. “Tiap hari kegiatan apa saja harus dicatat. Bahkah untuk bersih-bersih kebun saja harus dicatat dalam satu buku tersendiri,” kata Sochibul. Hanya saja yang menjadi tantangan petani, selain ulat daun, adalah hujan dan angin. Tidak jarang curah hujan yang deras menyebabkan pohon pisang doyong, atau angin yang kencang menyebabkan pohon pisang roboh. Puting beliung yang pernah melanda Desa Kandang Tepus mengakibatkan ratusan pohon pisang roboh. (yan) http://bappeda.jatimprov.go.id

Wkwkwkwk, Stand Up Comedy Lumajang Memakan Korban

Lumajang - Komunitas Stand Up Comedy Lumajang berulah lagi, kali ini para Hijabers Lumajang harus menjadi korban guyonan mereka. Sekumpulan perempuan berjilbab tersebut tak bisa menahan gelak tawa oleh aksi salah satu komedian. Dalam sebuah acara yang diadakan pagi tadi di Hall Amanda Lumajang, Sabtu (27/7). Stand Up Comedy Lumajang beraksi di depan puluhan perempuan berkerudung. Rojul salah satu komedian atau biasa disebut comic, yang maju mewakili komunitas Stand Up Comedy Lumajang dengan segala materi lawakannya yang bikin perut para pendengar terkocok olehnya. "Kenapa saya sering bolos kuliah? DPR saja juga sering bolos," ungkap Rojul ketika beraksi dilansir dari kabarlumajang.net. Meskipun hanya sekitar 5 menit, Rojul mampu membikin puluhan Hijabers tak kuasa menahan tawa. Bahkan salah satu anggota Hijabers Lumajang tak henti-hentinya tertawa mulai Rojul beraksi hingga selesai. Stand Up Comedy atau dikenal lawakan tunggal adalah jenis komedi yang disampaikan secara monolog menggenai topik tertentu. Stand Up Comedy Lumajang sendiri baru terbentuk bulan Februari 2013 oleh beberapa remaja Lumajang penggeliat lawak. Komunitas yang sering nongkrong di Warung kembang Toga tersebut baru memiliki sekitar 15 orang anggota, dan melakukan acara pertemuan rutin tiap dua minggu sekali.(red) kabarlumajang.net

Khawatir Demo SBY, Markas PMII Lumajang Disatroni Aparat

Lumajang (Lumajangsatu.com)- Menyusul kedatangan Presiden SBY yang akan menyicipi pisang mas kirana tanggal 30-31 Juli 2013, markas Cabang pergerakan Mahasiswa islam Indonesia (PMII) kabupaten Lumajang di jalan Sastrodikoro, kelurahan citrodiwangsan sejak kemaren hingga kini disatroni aparat kepolisan berpakain lengkap dan berpakain preman. "Kami gerah karena setiap kegiatan selalu diawasi, bahkan ada yang ingin menginap di kantor cabang," Ujar Muhammad jamaluddin, Katua Cabang PMII Lumajang, Sabtu (27/07/2013). Menurutnya, mahasiswa pergerakan diawasi karena kawatir merencanakan dan melakukan aksi turun jalan guna menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Aparat kepolisan hilir mudik berada di sekitaran kantor cabang dan melakukan pemantauan pada kegiatan da aktifitas PMII. "Mungkin kita diawasi karena takut melakukan aksi," Jelasnya. Meski selalu diawasi, sejumlah kegitan tetap berlangsung dan terus berjalan. Bagi seluruh sahabat-sahabat yang akan ke cabang tidak perlu kawatir atau takut karena adanya polisi. Sebab, mereka hanya melakukan pengamanan. "Sahabat-sahabat tidak perlu takut dan kawatir, itung-itung ada yang menjaga," Pungkasanya.(Yd/red)

Tamu-tamu dari Eropa yang Tak Memberi Manfaat

Tur pra-musim klub-klub Eropa ke Asia, Afrika dan Amerika Utara adalah sebuah konsekuensi sepak bola modern yang tak terelakkan. Atas nama penggemar, para perusahaan sepak bola ini menggelar tur ke berbagai belahan dunia. Meminjam kata-kata Zen Rachmat Sugito, klub-klub ini menggelar pentas laiknya bintang-bintang pop menggelar konser. Semua atas nama penggemar, padahal kita tahu, semua dilakukan atas nama laba, brand image dan kepentingan ekonomi lain. Dengan sekitar 250 juta penduduk yang sebagian besar menggilai sepak bola, Indonesia jelas menjadi sasaran empuk klub-klub yang selama ini hanya bisa dinikmati aksinya lewat layar kaca. Angka statistik jumlah penggemar menjadi legitimasi klub-klub ini untuk menggelar pentasnya di Indonesia. Situasi ini tidak bertepuk sebelah tangan karena di Indonesia sendiri, promotor berlomba-lomba mendatangkan klub-klub atau setidaknya bintang-bintang sepak bola Eropa tersebut. Siapa tak tergiur melihat potensi laba yang bisa didapat dari hasil mendatangkan idola-idola tersebut? Mendatangkan klub-klub dengan basis massa besar seperti Internazionale, Arsenal, Chelsea dan Liverpool tentu menjanjikan penjualan tiket yang mengesankan bukan? Pertandingan akal-akalan pun kemudian digelar. Dengan menyematkan label All-Stars, Dream Team, Selection atau Indonesia XI, tim yang bermaterikan pemain-pemain tim nasional pun diadu dengan bintang-bintang dari negeri nun jauh di sana tersebut. Karena memang kalah kelas, tim kita kemudian kalah. Sering kali dengan skor telak, seperti yang terjadi di pertandingan melawan Arsenal, hari Minggu (14/7) lalu. Saat itu Indonesia yang diisi pemain timnas kalah 0-7. Meski begitu, semua bersorak. Tak masalah tim Indonesia kalah, asalkan bisa menyaksikan idola-idola dari Eropa berlaga di depan mata. Apresiasi sekadarnya diberikan. Tim Indonesia sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya bla, bla, bla. Lalu kemudian, ketika pujian palsu dilontarkan dari kubu tamu, hati kita dengan mudah terpuaskan. Kata mereka, kita punya potensi, kita punya masa depan cerah dan semacamnya. Iya, memang. Lantas apa? Setelah para tamu yang dipuja itu pergi, keadaan kembali normal. Tidak ada bekas konkret yang benar-benar mereka tinggalkan. Semuanya semu. Memang betul pemain-pemain kita bisa mendapat pengalaman. Pun demikian dengan para penggemar yang terpuaskan dahaganya. Tapi sepak bola kita dapat apa? Apakah pengalaman seperti itu yang dibutuhkan para pemain kita? Apakah sorak-sorai macam itu yang benar-benar dirindukan Rasanya tidak. Sepak bola kita tidak membutuhkan pertandingan-pertandingan macam itu. Bayangkan, pemain-pemain kita dikirim ke medan perang palsu untuk kemudian dibantai, dicerca, dan ditertawakan? Apa yang didapat sepak bola kita dari laga konyol semacam itu? Sesekali silakan, tapi untuk terus-menerus seperti itu, apa artinya? Mengapa tim nasional kita tidak dihadapkan saja pada tim dari negara-negara yang kekuatannya seimbang dengan kita? Tentunya, masukkan itu ke agenda resmi FIFA. Dalam satu tahun kompetisi, ada 12-13 agenda FIFA untuk laga tim nasional, baik itu kualifikasi turnamen konfederasi, Piala Dunia, maupun ajang ujicoba. Berapa banyak yang kita gunakan? Nyaris tidak pernah. Kemarin kita memang sempat menghadapi Belanda di ajang ujicoba resmi, tetapi pertandingan melawan Belanda itupun esensinya nyaris sama dengan pertandingan melawan klub-klub Eropa. Mereka datang ke sini sebagai idola. Tidak ada pelajaran berarti yang bisa kita petik dari sana karena sudah jelas terlihat bahwa memang kita kalah kelas dan hampir tidak mungkin menang. Analisis model apa pun akan sia-sia untuk mengevaluasi tim nasional kita kalau lawan yang dihadapi seperti itu. Seandainya kita bertanding melawan negara-negara yang sama buruknya dengan kita, baru di situ akan terlihat apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Tapi sudahlah, toh mereka yang berwenang mengurusi ini semua tetap akan bergeming. Bagi mereka, untuk apa kita bertanding melawan Tahiti, Kaledonia Baru, Liechstenstein, Kanada, atau semacamnya? Tidak menguntungkan! Tidak ada nama besar yang bisa dijual! Tiket tidak akan laku! Semua serba mendadak, semuanya dilakukan tanpa perencanaan matang, dan semuanya tidak mendatangkan manfaat nyata. Jadwal liga dibuat seenak perut mereka yang punya liga. Jadwal berlaga tim nasional menjadi korban. Sekarang, di sela-sela kompetisi pun, para pemain itu dipaksa untuk meladeni tamu-tamu yang hanya akan menertawakan kita di kamar hotel dan pesawatnya seusai mempermalukan kita. Untuk manfaat nyata, semua bilang tidak menguntungkan. Untuk semata urusan uang, tiba-tiba semua terlihat serius. Sebetulnya, kedatangan tim-tim serta bintang-bintang dari Eropa itu tidak akan terlalu bermasalah asalkan tim nasional tidak terkebiri oleh kebodohan dan ketidakpedulian pengurus sepak bola kita. Kita selalu mengeluh tatkala FIFA merilis daftar peringkat tim nasional terbaru dan mendapati peringkat kita terus melorot, tetapi solusi konkret atas permasalahan ini tidak pernah ter(di)realisasikan. Ini sama saja mengeluh lapar tetapi malas mencari makan. Secara berkala, FIFA terus mengingatkan semua tim nasional di dunia ini untuk berbenah. Peringkat FIFA memang bukan segalanya, tetapi itu adalah cerminan apa yang sudah diraih persepakbolaan suatu negara. Di rilisan peringkat FIFA terakhir, Skotlandia bisa melonjak naik 24 tingkat ke peringkat 50 karena mereka serius berbenah. Kita tetap ada di peringkat 168 karena merasa sudah hebat dan hanya layak berlaga melawan bintang-bintang dari Eropa itu. Luar biasa sekali. Kita harusnya ingat. Juara Piala AFF sekali pun kita belum pernah. Prestasi terbaik tim nasional kita dalam 10 tahun terakhir hanya mengalahkan Bahrain 2-1 di Piala Asia 2007, tetapi dengan itu pun kita gagal lolos dari fase grup lantaran kalah dari Arab Saudi dan Korea Selatan. Sekarang, lolos ke Piala Asia saja kita kesulitan. Sebagai perbandingan, Jepang, tim terbaik Asia saja, belum ada apa-apanya di tingkat dunia meskipun mereka sempat merepotkan Italia di Piala Konfederasi lalu. Untuk mendekati Jepang saja rasanya waktu 10 tahun tidak akan cukup bagi kita. Ah, jangankan Jepang. Menahan laju Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, bahkan Timor Leste saja kita kelabakan. Lalu dengan situasi ini kita masih lebih memprioritaskan untuk menghadapi tim-tim Eropa yang semata-mata pamer kekuatan? Ini semua soal prioritas. Kita harus lebih jeli memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang bisa dikesampingkan. Muara terakhir persepakbolaan suatu negara adalah tim nasional. Sekarang untuk apa melakoni kompetisi kalau kualitas tim nasional tidak pernah diuji secara berkala? Alih-alih diuji dan dievaluasi, tim nasional kita, dengan label apa pun, pada akhirnya hanya diumpankan pada singa-singa lapar nan arogan dari Eropa. Kita memang memiliki potensi. Siapa pun punya potensi. Tetapi apa artinya potensi tanpa realisasi? Ditulis oleh: Yoga Cholandha (yahoo.com)