Sukodono - Sungai Bondoyudo adalah sungai alam yang membelah Kabupaten Lumajang. Sumber mata airnya dari pengunungan Semeru dari Wilayah Kecamatan Padang, Gucialit, Klakah dan Kedungjajang.
Sungai terpanjang di Lumajang ini selain menjadi saluran irigasi dan buangan ke pantai Selatan. Di Zaman sejarah pernah di jadikan benteng Alam oleh Arya Wiraraja.
Baca juga: Asosiasi BPD se-Lumajang Bertemu H. Rofiq Anggota DPRD Jatim
BACA JUGA :
- BPBD Lumajang Dibantu Basarnas Cari Bocah Tenggelam di Bondoyudo
- Ritual Buang Bantal Cari Bocah Tenggelam Bondoyudo Lumajang
"Selain sungai alam, Bondoyudo ini sebagai benteng alam dan juga irigasi pertanian," ujar Arkeolog Museum Daerah Lumajang, Aries Purwantiny saat dihubungi.
Masih kata dia, sungai Bondoyudo juga diperkirakan sebagai jalur transportasi kuno. Pasalnya, di sepanjang aliran sungai ditemukan sisa pemukiman kuno. Salah satunya Situs Biting sebagai Kotaraja Lamajang di Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono.
Baca juga: MPM Desak BK DPRD Segera Clearkan Beredarnya Foto Mesra Mirip Ketua Dewan Lumajang
Pemukiman kuno menjadi areal pemakaman umum seperti di Desa Bondoyudo ada arcanadi, di Pemakaman Umum Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto, Ada Makam di Bujuk Setono Dawuhan Wetan Kecamatan Rowokangkung. Namun, belum banyak dilakukan penelitian dan hanya pendataan.
"Jenis batu batanya sama, ada motif sulur khas Lumajangan dan umpak batu untuk rumah ," jelasnya.
Sebelum dibangun bendungan atau DAM dengan pakai semen dan batu. Aries dari keterangan warga masih ada ditemukan sejumlah batu bata sisa DAM kuno.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
"Kalau DAM Umbul dan lainya yang berganti dengan bahan batu dan semen, itu dibangun oleh Belanda untuk pertania dan perkebunan tebu, itulah perubahan tata pengelolaan air era Hindia Belanda," terang perempuan lulusan Udayana Bali itu.
Sungai Bondoyudo memiliki peran penting dalam perubahan budaya masyarakat kuno, hindia belanda, kemerdekaan dan era modern saat ini. "Bondoyudo sumber daya alam Lumajang dalam sebuah peradaban kebudayaan masyarakatnya," jelasnya. (har/red)
Editor : Redaksi