Kuliner Lumajang
Hangatnya Segelas Kopi Bandrek di Warung Pak Cipto
Jatiroto (Lumajangsatu.com) - Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa bandrek pernah menjadi begitu prestise pada masanya. Pada setiap seruput bandrek yang kita teguk, terkandung begitu banyak nilai sejarah layaknya hikayat merantau yang terdapat pada setiap suap nasi padang yang bisa kita temui diseluruh Indonesia.
Bandrek begitu prestise bukan hanya karena kehangatan yang ditimbulkan, bukan juga karena rasanya yang nikmat di lidah, namun karena apa yang terkandung di dalamnya. Minuman ini terbuat dari berbagai campuran rempah-rempah seperti cengkeh, pala, gula aren, dan lada hitam.
Sejarawan Fadly Rahman mengatakan dulu orang-orang Eropa sering melakukan barter berupa senjata, perhiasan, dengan pala atau rempah-rempah lainnya karena komoditas rempah-rempah saat itu sangat langka di Eropa.
"Mereka begitu memburu rempah-rempah dan rela menukarkannya dengan barang-barang berharga milik mereka," kata Fadly.
Sayangnya, popularitas rempah-rempah ternyata tidak bertahan selamanya.
“Pada abad 19-20, perlahan-lahan bahkan sampai sekarang pamor rempah-rempah sudah turun karena perhatian terhadapnya telah digantikan oleh komoditas kopi, teh, dan gula. Kita lihat saja sekarang kopi Indonesia lebih terkenal dibandingkan rempah-rempah Indonesia," ujar Fadly yang juga merupakan dosen di Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Padjadjaran.
Seperti rempah-rempah, seiring berjalannya waktu prospek bandrek juga semakin menurun. Kebanggaan masyarakat terhadap bandrek pun berkurang. Hanya orang-orang tertentu saja yang masih mau mencoba
Penurunan popularitas bandrek tidak menjadi penghalang bagi sebagian orang untuk berinovasi menjadikan bandrek sebagai minuman yang lebih menarik. Salah satunya adalah bandrek durian, hasil eksperimen Pak Cipto.
“Awalnya iseng, setelah dicoba ke saudara, tetangga, bilang enak, ya udah dijual," ujarnya.
Pada 9 November 2009, Dia yang awalnya berjualan es kelapa dan kelapa bakar merambah ke bandrek durian. Tak hanya bandrek, bajigur dan kelapa pun dicampurkan dengan durian. Nama Kopi Bandrek pun dipajang di depan warungnya di
Dusun Nyeroan, Bunderan, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang yang buka mulai jam 17.00- 23.00 WIB
Cipto berpendapat, selama rasa dan manfaat dari minuman tersebut masyarakat suka pasti laku. Terlebih kalau masyarakat sadar manfaat dari bandrek tersebut.
Menurutnya, meski hanya setitik, nilai tradisi kita sangat bermanfaat sekali. Dari komposisinya saja, fungsi farmasi dari bandrek banyak sekali, di antaranya bisa meredakan masuk angin, mengurangi rasa mual, dan mengurangi sakit tenggorokan.
Tak perlu waktu lama, usaha dia menuai hasil. Bandrek durian yang dijual kemudian langsung terkenal. Orang-orang pun berdatangan karena penasaran dengan minuman olahannya.Ini menjadi bukti bahwa minuman tradisional yang tadinya dilupakan, jika diberi bumbu inovasi, ternyata lebih mampu menarik perhatian masyarakat.
“Konsumen biasanya datang dari penduduk lokal, luar kota penasaran kemudian datang sini. Rata-rata di sini menghabiskan 75-100 porsi," ujar Cipto Bapak 2 anak ini.
Salah satu pembeli bandrek durian, Rizal Ardiyansyah mengatakan bahwa bandrek atau bajigur yang dicampur duren membuat rasanya berbeda.
“Membuat hangat dibadan dan minumannya enak" tandasnya. (Ind/red)
Editor : Redaksi