Lumajang (lumajangsatu.com) - Bagian Hukum Pemkab dibuat pusing dengan banyaknya lahan yang diatasnya ada bangunan milik pemkab sertifikatnya tidak jelas. Alhasil, Pemkab menghadapi sejumlah gugatan yang dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai pemilik lahan. "Banyak ya, bukan hanya lahan bangunan sekelah saja tapi banyak bangunan Puskesmas yang juga lahannya tidak jelas," ujar Taufiq Hidayat Kabag Hukum Pemkab Lumajang, Jum'at (20/03/2015). Yang mecuat dipermukaan, Pemkab digugat 9 milyar rupiah oleh oleh orang yang mengaku sebagai pemilik tanah SMP N 1 Sukodono. Saat ini, gugatan tersebut dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Lumajang. "Iya, kita itu sekarang digugat 9 milyar rupiah oleh orang yang mengaku sebagai pemilik tanah SMP N 1 Sukodono," paparnya. Pemkab melalui APBD 2015 sudah menyiapkan 5 milyar rupiah untuk persiapan jika gugatan dimenangkan oleh penggugat. "Asumsinya itu, satu meter tanah harganya 3 juta, sedangkan luas yang digugat 3 ribu meter," pungkasnya.(Yd/red)
Indeks Berita
Sosok KH. Hasyim Asyari, Ulama Pendiri NU Jauh Dari Fanatisme Sempit Islam
Lumajang(lumajangsatu.com) - Gawe besar itu bakal dihelat pada 1-5 Agustus 2015 mendatang. Lokasinya di empat (4) pondok pesantren (Ponpes) besar di Kabupaten Jombang, Jatim. Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 namanya. Keempat pondok yang memiliki jalinan kesejarahan dan kultural sangat kuat dengan kelahiran ormas Islam NU: Pondok Tebuireng, Pondok Darul Ulum Rejoso, Pondok Denanyar, dan Pondok Tambakberas.
KH Wahab Chasbullah, Pendiri NU yang Lebih Banyak Berbuat Dibanding Berbicara
Lumajang (lumajangsatu.com) - Di kalangan warga Nahdliyyin (NU) dikenal adanya tiga (3) kiai serangkai: KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Ketiganya penggagas, pendiri, dan rais am pertama PBNU. Ketiganya pula memegang jabatan rais am hingga meninggal dunia. Bahkan, Kiai Hasyim diberi gelar Rais Akbar. KH Hasyim Asy'ari (Pondok Tebuireng) adalah rais am pertama, posisinya digantikan KH Abdul Wahab Chasbullah (Pondok Tambakberas Jombang) dan yang ketiga adalah KH Bisri Syansuri, pendiri dan pimpinan Pondok Denanyar, Jombang. KH Abdul wahab Chasbullah--yang akrab dipanggil Kiai Wahab--bisa dikatakan merupakan implementator dan administrator dari gagasan dan garis perjuangan NU yang digagas KH Hasyim Asy'ari. Antara kedua kiai ini dwitunggal yang sulit dikotomikan dalam perspektif pemikiran keagamaan dan tindakan keorganisasian. Kiai Wahab yang gigih dan konsisten memperjuangkan kepentingan mahzab keagamaan kaum Islam Tradisional di Indonesia tak mungkin dilepaskan dari Kiai Hasyim. Misalnya, dalam pendirian NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab adalah administrator tangguh yang menggalang dan mengorganisasi para kiai Islam Tradisional berpaham Ahlussunnah Wal Jamaah di Pulau Jawa dan Madura, menghadapi serbuan pemikiran mahzab Moderisme Islam dan puritan yang mulai berkembang di kawasan Timur Tengah di akhir abad 19. Sebagai ketua Komite Hijaz, dia membawa pesan ulama-ulama Islam Tradisional di Nusantara tentang diizinkan dan diberikannya perlindungan praktek keagamaan bermahzab di Tanah Suci Makkah dan Madinah bagi umat Islam oleh otoritas kekuasaan Bani Ibnu Saud yang belum lama berkuasa di Arab Saudi. Komite Hijaz yang dipimpin Kiai Wahab dan Syaikh Ghanaim berhasil mengegolkan misinya dengan paripurna. Sebagai ulama yang lebih banyak berbuat, bertindak dibanding berbicara, Kiai Wahab sekalipun berpikiran modern, tapi tak pernah meninggalkan nilai-nilai dan akar Tradisionalisme Islam di Nusantara dari 4 mahzab (Syafi'i, Maliki, Hambali, dan Hanafi) yang diikuti dan diyakini sebagian besar umat Islam Nusantara. Menurut Greg Fealy (2003), Kiai Wahab adalah penggerak utama pembentukan jam'iyyah NU. Sejak sebelum kelahiran NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab pada 1924 juga mengusulkan perlunya dibentuk semacam perhimpunan ulama untuk memberikan respon yang lebih terkoordinasi, terorganisasi, dan berkelanjutan atas serangan-serangan kalangan Modernis. Gagasan tersebut belum memperoleh restu dari Kiai Hasyim, mengingat pendiri Pondok Tebuireng Jombang itu tak menginginkan terjadinya pembelahan yang lebih mendalam antarumat Islam Indonesia. Menyadari bahwa tanpa restu dan legitimasi Kiai Hasyim, kecil kemungkinan pembentukan organisasi wadah ulama Islam Tradisional bakal meraih sukses, Kiai Wahab sadar dan sabar bahwa gagasannya tak mungkin bisa diwujudkan dalam tempo cepat. Menyadari bahwa serangan dan kritikan dari kalangan modernis makin kencang dari waktu ke waktu, gagasan Kiai Wahab untuk pembentukan organisasi yang mewadahi dan mengonsolidasikan kekuatan kaum ulama Islam Tradisional Indonesia memperoleh reasoning dan legitimasinya. Kiai Hasyim memberikan restu dan legitimasi moral dan Kiai Wahab diposisikan sebagai Katib Syuriah PBNU yang pertama. Dalam buku KH Wahab Chasbullah, Biografi Singkat 1888-1971, yang ditulis Muhammad Rifai (2010), antara lain disebutkan bahwa meskipun hanya bertindak sebagai Katib Syuriah, nafas pergerakan NU hampir tak bisa terlepas dari peran serta Kiai Wahab. Menurut Idham Khalid, Kiai Wahab berkeinginan menjadikan NU sebagai sebuah pesantren, yakni tempat beribadh, menuntut ilmu, bergotong royong, dan mengabdikan dirinya kepada masyarakat dengan menyumbangkan karya- karyanya yang bermanfaat. "Kiai Wahab merupakan wujud NU dalam praktek. Suatu kombinasi integral antara ketakwaan, keilmuan, akhlak, dedikasi, dan karya baik besar maupun kecil. Organisasi ini lahir dari aspirasi pesantren, di antara kiai, dan di antara santri- santrinya yang terpencil jauh dari jangkauan penguasa dan pemimpin politik. Karena itu, kelahirannya tak menggetarkan kaum pergerakan serta politisi," tulis Muhammad Rifai. Bagaimana peran dan kiprah politik Kiai Wahab perjalanan politik NU (Partai NU)? Dalam buku "Ijtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967" yang ditulis Greg Fealy (2003), jelas-jelas disebutkan bahwa tokoh yang sangat penting dalam kampanye penarikan NU dari Partai Masyumi adalah Abdul Wahab Chasbullah. Sebagai pejuang yang gigih membela kepentingan umat Islam Tradisional di Indonesia dan membentengi otoritas ulama, Kiai Wahab memandang peminggiran NU dalam Masyumi sebagai pengulangan serangan kaum Modernis yang pernah terjadi pada 1920-an dan awal 1930-an. "Pada masa itu, Wahab sebagai kiai muda, telah sebagai arsitek yang merancang tanggapan-tanggapan ulama terhadap ancaman modernisme. Kini, sebagai rais am, Kiai Wahab bertekad mengerahkan umat Islam Tradisional untuk mempertahankan kepentingan mereka. Tekad Wahab diperkuat ketersinggungan pribadinya atas langkah-langkah yang diambil Masyumi. Sebagai Ketua Majelis Syuro, dia menolak keras anggaran dasar baru yang mengurangi peranan politiknya, suatu langkah yang menurutnya bertujuan membatasi campur tangan yang kerap dilakukannya terhadap pengambilan keputusan dewan pengurus (DPP Masyumi)," tulis Greag Fealy. Langkah dan keputusan Kiai Wahab yang menilai NU lebih baik mufaraqah dari Masyumi pada awal 1950-an didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang kuat atas potret sosiologis, politik, kultural, dan psikologis warga NU. Sebagai ulama yang berakar urat dari bawah, bersifat populis, dan seringkali bersentuhan kalangan akar rumput, Kiai Wahab mampu memotret secara pas dan presisi kegelisahan umat Islam Tradisional atas polemik dan tarik-menarik antarunsur di Masyumi, terutama antara kalangan Islam Tradisional dengan Islam Modernis. "Sebagai politisi ulama, Kiai Wahab percaya bahwa dengan basis dukungan massanya NU mampu menjadi kekuatan politik besar. Jika hal itu tak dapat dicapai melalui Masyumi, maka NU harus menciptakan partainya sendiri. Kiai Wahab mulai tak suka kepada Natsir (Ketua Umum DPP Masyumi) setelah tokoh ini, di depan umum, mendebat pandangannya tentang hukum Islam. Meskipun Kiai Wahab adalah seorang yang ahli dalam berdebat, dia merasa tersinggung karena seseorang yang lebih muda dengan pendidikan utama sekuler berani menentang tafsiran- tafsirannya," kata Greg Fealy dalam bukunya. Keyakinan Kiai Wahab atas potensi politik dari waktu ke waktu makin kokoh dan mengental. Insting dan intuisi politiknya menyatakan bahwa NU sebenarnya memiliki potensi kekuatan politik luar biasa. Kiai Wahab mulai tak sabar dengan sikap ekstra hati-hati yang ditunjukkan rekan-rekannya menyikapi sikap dan langkah politik ke depan NU: Apakah tetap bergabung ke Masyumi atau mufaraqah dengan mendirikan partai baru. Pada muktamar NU tahun 1950, Kiai Wahab menegaskan perlunya NU melakukan penarikan diri dari Masyumi. Dengan kelugasan dan penuh semangat, Kiai Wahab menyampaikan pandangan kepada utusan muktamar: Banyak pemimpin-pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang tak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh bisikan orang lain yang menghembuskan propaganda agar orang NU tidak yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tapi digoncangkan hati mereka oleh propagandanya... gelugu alias batang kelapa sebagai meriam tiruan...! Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar akan siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatan sendiri. Di bawah kendali utuh, keberanian luar biasa, dan legitimasi sosial keagamaan dan sosial politik yang kukuh dari Kiai Wahab, pada 31 Juli 1952, NU menyatakan keluar dan berpisah dengan Masyumi dan menjadikan NU sebagai parpol mandiri. Hal itu sejalan dengan keputusan muktamar Palembang. Awal menjadi parpol, stok SDM berkualitas di ranah politik oleh NU sangat minim. Pola politik outsourching telah diterapkan Kiai Wahab dalam konteks pengisian jabatan-jabatan politik-pemerintahan sekiranya Partai NU memperoleh suara signifikan pada Pemilu 1955. Dalam konteks ini, Kiai Wahab sebagaimana ditulis Greg Fealy, mengatakan, "Jika saya membeli sebuah mobil baru, penjualnya tak bertanya: 'Pak, bapak bisa menyetir?' Pertanyaan semacam itu tak perlu, karena jika saya tidak bisa menyetir saya dapat memasang iklan di koran 'Dicari Sopir'. Tidak bisa diragukan, akan segera ada antrean calon (sopir) di depan pintu (rumah) saya.". (beritajatim.com/red)
De Jure As at Malik Bupati Lumajang, Tinggal De Facto Dilantik Aja
Lumajang(lumajangsatu.com) - Surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri, Tjahyo Kumolo untuk pengangkatan Bupati Lumajang, sudah digengamkan As'at Malik selaku penganti Sjahrazad Masdar sebagai orang nomor satu di kaki Gunung Semeru. "SK sudah ada disaya salinanya, tinggal menunggu dilantik saja," ungkap As'at Malik pada wartawan. SK pengangkatan sebagai Bupati Lumajang suda turun pada rabu sore, tanggal 18 Maret 2015. Mengenai pelantikan akan menunggu kedatangan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo yang sedang menjalankan ibadah umroh."Kalau gak akhir maret, ya april," terang As'at dengan sumrigah. As'at berharap dengan dirinya menjadi Bupati Lumajang mendapat dukungan masyarakat dalam membangun daerah. Karena, tanpa keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan dan bermartabat sulit tercapai."Saya berharap semua pihak mendukung," jelas pria kalem itu.(ls/red)
Wow...Sabtu Besok, Muspida Plus Kunjungi Air Terjun Coban Sewu Semeru yang Mendunia
Lumajang(lumajangsatu.com) - Ramainya kunjungan wisatawan ke obyek wisata air terjun Coban Sewu di Desa Sido Mulyo Kecamatan Pronojiwo dan Kini mulai populer serta mendunia. Ternyata, mulai menarik perhatian pada pimpinan musyawarah daerah (Muspida) Lumajang untuk melihat lebih dekat. Informasi yang diterima ole lumajangsatu.com dari sejumlah pejabat Pemkab, Muspida akan melihat lebih dekat dan mengetahui apa potensi yang bisa dikembangkan seperti halnya B-29. Para pejabat teras Muspida yang akan ke Coban Sewu yakni, Bupati Lumajang, As'at Malik, Sekda Lumajang, Buntaran Supriyanto, Ketua DPRD Lumajang, Agus Wicaksono, Kepala Pengadilan Negeri, Kepala Kejaksaan Negeri Lumajang, Dandim 0821, Kapolres Lumajang dan Danyon 527. "Insyallah Muspida akan mengunjungi Air Terjun di Pronojiwo< Tumpak Sewu," ujar Gawat, Kadisbudpar. Kedatangan para pimpinan daerah tak lain untuk mengembangan wisata air terjun yang dinilai banyak wisatwan sangat indah. Selain itu, akan membicarakan dalam pengembangan kedepan, seperti apa kemaun masyarakat setempat.(ls/red)
Kasus Kakek Disangka Curi Kedelai 2,5 Kg Asal Lumajang Jadi Sorotan Dunia Internasional
Lumajang (lumajangsatu.com) - Kasus pencurian kedelai oleh kakek 73 tahun, Ngatmanu warga Desa Dawuhan Lor Kecamatan Sukodono terhadap tetangganya hingga masuk ke ranah hukum, menarik perhatian masyarakat dunia internasional. Persidangan kakek Ngatmanu direncanakan akan digelar Senin depan, 23 Maret 2015. "Berkas persidangan dari kejaksaan masuk ke kami tanggal 12 maret dan Jaksa penuntut Umumnya, pak Nur Khoyin," kata Humas Pengadilan Negeri Lumajang, AA Gede Agung Tiwandana ditemui wartawan. Untuk jadwal persidangan perdana, kasus Ngatmanu akan digelar Senin, tanggal 23 Maret 2015 dengan 3 Majelis Hakim, D. Trisella Simanjuntak, Purnomo Wibowo dan AA.Gede Agung Tiwandana."Paling cepat persidangan kasus pencurian seperti ini hanya 3 kali," ungkapnya. Sekedar diketahui, Ngatmanu nekat mencuri kedelai 2,5 kg lantaran kesal terhadap tetangganya, Haryanto yang enggan membayar utangnya. Ngatmanu dilaporkan kepolisian lantaran berulang kali ada kejadian kedelai milik Haryanto kerap hilang. Ketika dilakukan media oleh Polsek Sukodono, pihak Haryanto enggan untuk damai. Bahkan selama 8 bulan, untuk bisa damai dan tidak lanjut ke ranah hukum, Polsek Sukodono sudah memanggil Haryanto untuk damai. Namun, Haryanto malah mengadukan Polsek Sukodono dengan menyurati ke Polda dan Mabes Polri dan terpaksa diproses hukum oleh petugas. Kini kasus hukum yang mengungah perikemanusiaan menjadi sorotan dunia internasional sama halnya kasus Ngatsiani, yang disangka mencuri kayu jati milik perhutani. Padahal, nenek tersebut hanya mengambil ranting kering dan harus mendekam ditahanan selama 2 bulan lebih. (ls/red)
Subbahanallah, Nabi Muhammad SAW Disebut-sebut di Kitab Veda
Lumajang(lumajangsatu.com) - Seorang professor bahasa dari Alahabad University, India, dalam salah satu buku berjudul Kalky Autar (Petunjuk Yang Maha Agung), memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual. Prof. Waid Barkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri Kalky Autar sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama VISHNUBHAGAT dan ibunya bernama SUMANEB. Dalam bahasa sansekerta kata VISHNUBHAGAT adalah paduan dua kata yaitu VISHNU artinya ALLAH sedangkan BHAGAT artinya hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN. Dengan demikian kata VISHNUBHAGAT artinya "ABDULLAH". Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya "AMINAH". Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya AMINAH. Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam. Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra Miraj, dimana Rasullah mengendarai Buroq. (inilah.com)
Wagub Jatim dan Wabub Lumajang Resmikan Launching Klinik Kesehatan NU
Lumajang(lumajangsatu.com)- Wakil Gubenrnur Jawa Timur Saifullah Yusuf bersama wakil bupati Lumajang As'at Malik meresmikan louncing Klinik Kesehetan NU Lumajang. Launching Klinik Kesehatan dihadiri ribuan warga NU dari seluruh pojok Lumajang. "NU kedepan memang harus memperhatikan sektor perekonomian dan juga bidang kesehatan," ujar Saifullah Yusuf saat menyampaikan sambutan, Kamis (19/03/2015). Dibidang pemikiran, NU sudah memberikan kontribusi besar melalui lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Ribuan kaum itelektual dan profesor telah ditelorkan oleh organisasi besar keagamaan di Indonesia itu. "Bidang pendidikan dan pemikiran, NU sudah memberikan kontribusi yang besar, namun untuk kesehatan masih sangat jauh," papar Gus Ipul. Jika NU Lumajang sudah melakukan louncing klinik kesehatan sebagai cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) maka PC NU sudah selangkah lebih maju. Kekompokan semua pengurus dan warga NU, harus terus direkatkan agar cita-cita untuk membentuk RSNU bisa terwujud. "Ini langkah maju yang dilakukan oleh NU Lumajang," pungkasnya. Sementara itu, Wakil Bupati Lumajang As'at Malik sebgai warga NU sangat bahagia dengan launcing Klinik Kesehatan NU. NU diharapkan ikut andil dalam dalam menyehatkan warga Lumajang. "Sebagai warga NU saya sangat senang dan saya siap membantu majunya klinik kesehatan NU," ujar pria yang sebentar lagi dilantik menjadi Bupati itu.(Yd/red)
Launching Klinik Kesehatan, 2017 NU Lumajang Target Dirikan Rumah Sakit
Lumajang(lumajangsatu.com)- Pengurus Cabang NU Kabupaten Lumajang bertekad mendirikan rumah sakit NU (RSNU) sebagai media pengabdian untuk ikut mensehatakan kehidupan masyarakat. Keseriuasan itu dicerminkan dengan launching Klinik Kesehtan NU, yang dilakukan oleh Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jatim dan As'at Malik Wakil Bupati Lumajang. "Alahamdulillah, hari ini kita melakukan launching Klinik Kesehatan NU Lumajang, kita berharap ini sebagai rintisan pendirian RSNU," ujar Samsul Huda ketua PC NU Lumajang, Kamis (19/03/2015). Dengan kerjasama semua kader NU, saat ini telah terkumpul 400 juta rupiah untuk pembebasan lahan RSNU dari total anggaran yang dibutuhkan 1,4 miliar. Tahun 2017 diharapkan RSNU sudah bisa dilauncing dan beroperasi. Tahun 2020, RSNU ditargetkan bisa sempurna. "Pada tahun 2023 tepat satu abad NU, RSNU Lumajang sudah sempurna dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Lumajang pada umumnya dan warga NU pada khususnya," paparnya. Launcing Klinik Kesehatan NU Lumajang merupakan kerjasama semua kader NU yang ada di lembaga pemerintahan yang ingin NU memiliki lembaga kesehatan. "Saya ucapkan kepada mas Thoriq anggota DPRD Jatim dan wakil gubernur yang telah memperjuangkan bantuan dari APBD Jatim untuk pendirian klinik kesehatan NU Lumajang, dan semua pihak yang ikut mensukseskan berdirinya klinik NU, termasuk pemkab Lumajang" pungkasnya.(Yd/red)
Dua Guru Sukwan Cantik Ditodong Pistol dan Diacam Celurit, Begal Gondol Beat
Lumajang(lumajangsatu.com) - Dua guru sukwan cantik yakni, Dwi Siksawati (21) dan Endang (35) saat berboncengan mengendarai motor Beat Putih di begal di Jalan Desa Meninjo Kecamatan Ranuy0so, Kamis(19/03) pagi. Keduanya, hendak mengajar di SD Jenggrong tiba-tiba ditendang  2 pelaku begal. Pelaku bukan hanya menendang kedua guru Sukwan, bahkan ditodong sejenis pistol dan diancam dengan celurit. Saya kaget jadi korban begal, padahal biasa lewat disini, terangnya salah satu korban. Dua guru sukwan sangat shock dengan jadi korban begal yang sangat nekat dan kasar. Saat kejadian, kondisi jalan sangat sepi dan membuat 2 pelaku begal dengan mudah mengondol motor Beat korban. Kapolsek Ranuyoso, AKP Sueb mengatakan, pihaknya sudah meminta keterangan ke korban untuk menjelaskan ciri-ciri pelaku.Mengenai pelaku memakai pistol, pihaknya belum bisa memastikan apakah asli atau mainan. Kita selidiki dulu, karena lokasi kejadian memang sepi rumah penduduk, jelasnya.(Mad/Ls/red)