Sasar Bagian Terkecail Negara

Penyuluh Agama Islam Penyangga Ketahanan Keluarga Nasional

Penulis : lumajangsatu.com -
Penyuluh Agama Islam Penyangga Ketahanan Keluarga Nasional
Sriwanti, Ketua Pokjaluh Kabupaten Lumajang

Lumajang - Keluarga merupakan unit terkecil kehidupan di tengah masyarakat. Kumpulan keluarga menjadi komunitas yang lebih besar di tingkat RT/RW, Kelurahan, Desa, hingga Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Negara. Meski hanya unit kecil yang terdiri dari minimal suami istri, keluarga memiliki peran sangat signifikan dalam menentukan ketahanan sebuah bangsa.

Kuatnya ketahanan keluarga akan menjadi modal penting bagi kokohnya ketahanan bangsa. Rapuhnya ikatan keluarga yang ditandai dengan sejumlah masalah, mau tidak mau, suka tidak suka, akan berpengaruh terhadap rapuhnya ketahanan bangsa. Jika sebuah bangsa rapuh, aneka ancaman sekecil apa pun amat bisa menghancurkan. Alhasil, ketahanan keluarga perlu menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat.

Sebagai bagian dari aparatur negara sipil dan non sipil, Penyuluh Agama Islam yang bergerak atas tugas dari Kementerian Agama secara langsung diberi mandat untuk berkontribusi dalam menguatkan ketahanan negara. Penyuluh Agama Islam yang bertugas di KUA Kecamatan mendapatkan tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat. Ada 12 bidang bimbingan dan penyuluhan yang salah satunya adalah bimbingan bidang keluarga sakinah.

Penyuluh bidang keluarga sakinah ini jika diasumsikan berjumlah satu orang di satu KUA maka jumlahnya sebanyak 5000-an Penyuluh sejumlah KUA di Indonesia. Jumlah ini tentu saja kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Akan tetapi, jika jumlah ini terus dikonversi tentu akan menjadi potensi kontribusi yang amat besar bagi bangsa dan negara.

Di KUA, Penyuluh bidang keluarga sakinah dibekali dengan beberapa materi dasar melalui Focus Group Discussion, Bimbingan Teknis (Bimtek), Bimbingan Fasilitator yang diberikan oleh Kankemenag Kabupaten/Kota, Kanwil Kemenag Provinsi, dan Kemenag Pusat serta stakeholder lainnya.

Dalam berbagai momen pelatihan tersebut, Penyuluh Agama Islam tidak hanya dibekali berbagai materi yang bersifat teori, tetapi juga keterampilan dalam mengelola keluarga. Pasalnya, keluarga merupakan unit kehidupan yang kompleks dengan berbagai tantangan hidup yang membutuhkan sejumlah keterampilan selain teori.

Dalam pelatihan itu, Penyuluh dibekali sejumlah wawasan dan keterampilan seputar rumah tangga sakinah, manajemen keuangan, teknik mengelola emosi, kesehatan reproduksi, hingga kiat menjalani kehidupan sosial di tengah masyarakat.

Bekal-bekal inilah yang kemudian dibagikan kepada masyarakat melalui sejumlah program di KUA. Seperti Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) , Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN) , Bimbingan Perkawinan (Bimbingan) , dan Konsultasi Keluarga. Dalam semua program itu, Penyuluh bertindak sebagai fasilitator yang memastikan sampainya wawasan keluarga bagi masyarakat pengguna layanan.

Terkiat spesifikasi bimbingan, BRUS diberikan kepada remaja SMP dan SMA. Kegiatan ini merupakan sinergi antara KUA dengan sekolah terkait. Pelaksanaan kegiatan sesuai kesepakatan dan dilaksanakan dengan metode partisipatori.

Selanjutnya, BRUN diberikan kepada remaja yang sudah memasuki usia nikah. Pesertanya merupakan anggota Ormas kepemudaan, mahasiswi/mahasiswa, anggota kepanduan, dan karang taruna. Pada bimbingan ini, remaja diarahkan untuk mempersiapkan pernikahan secara baik dari sisi fisik, sosial, materi, dan spiritual.

Terkait Bimwin diberikan bagi mereka yang mendaftar nikah di KUA. Bimwin diberikan bagi calon suami dan istri yang dilakukan secara individual, klasikal, atau daring. Selain Penyuluh, Bimwin juga menghadirkan narasumber dari Puskesmas dan Penyuluh Keluarga Berencana.

Tidak hanya dibimbing sebelum menikah, masyarakat juga terus mendapatkan pencerahan setelah pernikahan melalui layanan Konsultasi Rumah Tangga. Konsultasi diberikan bagi seluruh masyarakat, tidak hanya bagi mereka yang rumah tangganya bermasalah.

Jika semua program ini dilaksanakan dengan baik dan merata di seluruh kecamatan dengan target capaian yang terukur, tidak berlebihan jika Penyuluh Agama Islam memainkan peranan penting dalam upaya menyangga ketahanan bangsa. Keluarga kuat, Indonesia kuat. (Yd/red)

Editor : Redaksi

Hikmah Kehidupan

Masjid Pilar Peradaban Islam

Lumajang - Dalam sejarah panjang peradaban Islam, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kebangkitan intelektual, sosial, dan politik. Masjid-masjid besar seperti Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Qarawiyyin di Maroko telah menjadi saksi bagaimana Islam membangun masyarakat yang berbudaya tinggi, berbasis ilmu pengetahuan, serta penuh nilai-nilai kemanusiaan. Masjid bukan hanya simbol spiritualitas, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial. Lalu, bagaimana masjid di masa kini dapat tetap berperan sebagai pilar peradaban dalam dinamika masyarakat modern?