Peristiwa

Hujan Deras, Jalur Piket Nol Kembali Longsor di Atas Gladak Perak

Lumajang (lumajangsatu.com) - Hujan derasa Kamis malam (08/03) mengakibatkan longsor di jalur Lumajang-Malang Piket Nol. Bebatuan tebing atas, di KM 56 ambrol dan menutup separoh jalan tepatnya di atas jembatan Gladak Perak.Hariyono, relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang menyatakan, Jum'at pagi (09/03/2018), TNI, Polri, TRC BPBD, warga, relawan dan pernagkat desa melakukan pembersihan. Sejumlah material bebatuan yang longsor langsung dipinggirkan dan diajtuhkan kesisi jurang."Karena hujan deras mas, terjadi longsor lagi di Piket Nol, beruntung saat malam hari kondisi lalulintas sedang sepi sehingga tidak ada korban," jelas Hariyono.Para relawan menghimbau kepada pengguna jalan agar selalu waspada jika melintasi jalur Piket Nol. Apabalia terjadi hujan deras, dihimbau untuk berhenti sementara sebagai antisipasi hal-hal yang tidak diiginkan."Masih banyak titik yang rawan longsor, kami menghimbau pengguna jalan agar selalu waspada jika melewati jalur Piket Nol," pungkasnya.(Yd/red)

Gadis Cantik Asal Klakah Hilang, Keluarga Sebar Foto Korban

Lumajang (lumajangsatu.com) – Entah lari atau ada yang menculik, Nurhamidah (22), gadis cantik asal Dusun Karang Tengah Desa Tegalciut Kecamatan Ranuyoso tak kunjung pulang. Suami korban, akhirnya melapor kepada Polsek Klakah karena istrinya sejak hari Minggu (18/02) tak kunjung pulang.

FKDT Kutuk Keras Pengrusakan Patung di Pura Madara Giri Semeru Agung

Lumajang (lumajangsatu.com) - Peristiwa pengrusakan patung di Pura Mandara Giri semeru Agung Kecamatan Senduro mendapatkan kecaman banyak pihak. Forum Koordinasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) mengutuk keras upaya mengoyak toleransi dan kedamaian umat beragama di Lumajang.Nawawi MPd, ketua FKDT Lumajang menyatakan Indonesia adalah negara dengan berbagai latar belakang ras yang berbeda beda. Sejak berdiri menjadi bangsa Indonesia telah menyatakan diri sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda beda tetapi tetap satu jua.Perbedaan adalah kekayaan dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Indonesia. Lumajang sebagai bagian NKRI yang berdiri sejak 7 abad lebih, dan tercatat sebagai salah satu Kabupaten tua, memiliki latar belakang yang sejarah penduduk yang berbeda-beda, agama, keyakinan, budaya, bahasa, semenjak lama sudah diakui keberadaannya.Perbedaan itu adalah rahmat yang agung dari Tuhan YME karena selama ratusan tahun lamanya, masyarakat Lumajang terbukti mampu menjaga Kebhinekaannya. Upaya-upaya memecah belah persatuan dalam bentuk apapun yang terjadi dalam beberapa waktu terkahir, seperti penganiayaan tokoh Islam, upaya pembunuhandi  gereja, pembunuhan kyai, menyebarnya foto viral simbol simbol PKI dan terkahir pengerusakan patung Pura Mandhara Giri Semeru Agung adalah upaya membangkitkan sentimen antar kelompok agama, budaya dan ras.Upaya memecah belah pastinya dilakukan oleh pihak tertentu untuk memancing tindakan SARA dan upaya mereka untuk menciptakan instabilitas. Tindakan tersebut sangat patut di curigai adanya aktor intelektual di balik berbagai kejadian tersebut. Karena jelas bertentangan  dengan keinginan  seluruh masyarakat khususnya di Lumajang yang selama ini dikenal sebagai masyarakat yang toleran terhadap perbedaan suku agama ras dan antar golongan. Oleh karena itu, PENGURUS CABANG FKDT KAB. LUMAJANG menyatakan sikap:1. Mengutuk keras tindakan kelompok tertentu yang mencoba mengadu domba rakyat Indonesia dengan cara cara yang keji dan memancing sentimen SARA.2. Meminta kepada semua pihak untuk membantu aparat kepolisian untuk menangkap pelaku  pengrusakan terhadap patung Mandhara Giri Semeru Agung Lumajang.3. Meminta pihak berwenang mengusut tuntas pelaku pengrusakan patung Mandhara Giri Semeru Agung dan berupa mencari aktor intelektual.4. Meminta kepada pihak berwenang menjamin kenyamanan beribadah seluruh masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.5. Menghimbau agar seluruh masyarakat tidak reaktif terhadap kejadian yang menimpa pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang  karena ini jelas bagian dari upaya adu domba pihak tertentu yang menginginkan instabilitas.6. Menghimbau agar masyarakat Lumajang  menyerahkan penyelesaian masalah kepada pihak berwajib "Kita menyampaikan 6 pernyataan sikap FKDT Lumajang atas pengrusakan patung di Pura Madara Giri Semeru Agung itu. Kita sangat mengutuk keras dan meminta polisi mengusut tuntas kejadian tersebut," pungkasnya.(Yd/red)

Demo UU MD3, Mahasiswa Mengaku Tak Kenal DPR RI Dapil Lumajang-Jember

Lumajang (lumajangsatu.com) - Ratusan Mahasiswa menggelar aksi demo di depan gedung DPRD Lumajang. Mahasiswa yang berasal dari PMII, GMNI dan HMI, menolak pengesahan Undang-Undang MPR, DPR, DPRD dan DPD (UU MD3).Syahwal Ali, salah seorang peserta aksi menyatakan bahwa UU MD3 akan membungkam ruang kritik masyarakat kepada wakilnya. Mahasiswa juga meminta agar DPR RI yang berasal dari Dapil Lumajang-Jember ikut menyuarakan penolakan."Kita berharap wakil kita dari Lumajang-Jember ikut menolak UU MD3 dan tidak hanya patuh saja kepada partai," ujar Syahwal, Senin (19/03/2018).Ditanya soal 8 DPR RI yang berangkat dari Lumajang-Jember, mahasiswa mengaku banyak tidak kenal. Sebab, wakil rakyat itu jarang menyapa masyarakat Lumajang khususnya mahasiswa. Dari 8 wakil, mahasiswa hanya kenal 3 orang, yakni Anang Hermansyah (PAN), H. Syaiful Bahri Anshori (PKB) dan H. M. Nur Purnamasidi (Golkar).Kita berharap wakil kita itu bisa mengagendakan bertemu mahasiswa agar aspirasi mahasiswa bisa dibawa ke gedung senayan Jakarta," pungkasnya.Jalannya aksi sempat memanas dan terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan polisi serta Satpol PP. Setelah puas melakukan aksi dan menyatakan mosi tidak percaya kepada DPRD, ratusan mahasiswa membubarkan diri.(Yd/red)

Tolak UU MD3, Demo Mahasiswa Depan DPRD Lumajang Ricuh

Lumajang (lumajangsatu.com) - Ratusan Mahasiswa menggelar aksi demo di depan gedung DPRD Lumajang. Mahasiswa yang berasal dari PMII, GMNI dan HMI, menolak pengesahan Undang-Undang MPR, DPR, DPRD dan DPD (UU MD3).Jalannya aksi sempat memanas dan terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan polisi serta Satpol PP. Setelah puas melakukan aksi dan menyatakan mosi tidak percaya kepada DPRD, ratusan mahasiswa membubarkan diri.Syahawal Ali, juru bicara dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Lumajang menyatakan aksi ingin mengajak DPRD Lumajang menolak UU MD3. Aturan tersebut dianggap hanya menguntungkan dewan dan merugikan masyarakat."Kita dengan tegas menolak UU MD3 yang telah disahkan oleh DPR, karena merugikan rakyat," ujar Syhwal, Senin (19/02/2018).UU MD3 dianggap akan membungkam ruang kritik masyarakat kepada wakil rakyatnya. Telrbih lagi, dari sejumlah hasil survey, DPR masuk dalam katgori lembaga dengan nilai kinerja dan tingkat kepercayaan paling rendah."Undang-Undang MD3 akan membungkam ruang kritik masyarakat kepada wakilnya. Oleh sebab itu, mahasiswa tegas menolak aturan sewenang-wenang ini," pungkasnya.(Yd/red)

Tangan Jahil Rusak Patung di Pura Mandara Giri Semeru Agung

Lumajang (lumajangsatu.com) - Kedamaian Lumajang menjelang Pilkada mulai terusik. Pasalnya, ada ulah tangan tak bertanggung jawab yang nampanya dengan sengaja merusak patung di Pura Mandara Giri Semeru Agung Kecamatan Senduro.Pura Mandara Giri merupakan simbol tempat suci dari umat Hindu dan masuk dalam Pura yang dituakan. Rusaknya patung diketahui sekitar jam 14.00 wib oleh pengurus Pura yang kemudian dilaporkan kepada pengurus yang lain."Mungkin ini adalah ulah orang jahil mas, yang tidak ingin Lumajang kondusif menjelang Pilkada," ujar Wira Dharma, salah seorang tokoh pemuda Hindu Senduro, Minggu (18/02/2018).Lokasi patung yang dirusak berada di pintu masuk utama Pura Mandara Giri Semeru Agung diposisi sebelah kiri. Bagian patung yang rusak hanya satu lengan saja seperti di pukul dengan benda keras."Patung yang rusak dibagian lengan saja dan hanya ada satu patung yang rusak. CCTV di Pura sudah tidak berfungsi karena rusak disambar petir," jelasnya.Wira menyebut, sejak Pura Mandara Giri didirikan, kehidupan warga Senduro yang mayoritas Muslim dan Hindu saling hidup rukun dan saling menghormati. Warga tidak pernah mempermasahkan tentang agama dan saling tolong menolong dalam setiap kegiatan."Selama ini kita bisa hidup rukun, saling membantu, gotong royong dan tidak ada gesekan sama sekali. Kita akan tetap mempertahankan itu dan kita tidak akan terpengaruh," pungkasnya.(Yd/red)